Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, menggerus kenaikan sebelumnya karena produsen global kemungkinan akan mempertahankan produksi tidak berubah selama pertemuan minggu ini dan investor berhati-hati menjelang pertemuan bank sentral AS Federal Reserve yang dapat memacu gejolak pasar.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 74 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 85,92 dolar AS per barel pada pukul 07.10 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS merosot 61 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 79,07 dolar AS per barel.
Menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve yang dijadwalkan pada 31 Januari- 1 Februari, pasar secara luas memperkirakan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin, meningkatkan kekhawatiran bahwa perpanjangan kenaikan biaya pinjaman Fed akan menghambat pertumbuhan permintaan bahan bakar di konsumen minyak terbesar dunia.
Harga minyak "kemungkinan terbebani oleh potensi kenaikan suku bunga dalam pertemuan Fed mendatang," kata Serena Huang, kepala analisis APAC di Vortexa, dalam sebuah surel.
Para menteri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, kemungkinan tidak akan mengubah kebijakan produksi minyak mereka saat ini ketika mereka bertemu secara virtual pada 1 Februari.
Namun, indikasi kenaikan ekspor minyak mentah dari pelabuhan Baltik Rusia pada awal Februari menyebabkan Brent dan WTI membukukan kerugian mingguan pertama mereka dalam tiga minggu terakhir.
"Tidak ada perubahan pada produksi OPEC+ yang diperkirakan akan diumumkan pada pertemuan minggu ini dan kami mengharapkan komentar prospek dari Fed AS menjadi pendorong utama prospek dalam waktu dekat," kata analis National Australia Bank dalam sebuah catatan penelitian.
Harga minyak naik pada awal sesi Senin di tengah ketegangan di Timur Tengah menyusul serangan pesawat tanpa awak atau drone di produsen minyak Iran.
Meskipun belum jelas apa yang terjadi di Iran, setiap eskalasi di sana berpotensi mengganggu aliran minyak mentah, kata Stefano Grasso, manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura.
China, importir minyak mentah terbesar dunia, berjanji pada akhir pekan untuk meningkatkan pemulihan konsumsi yang akan mendukung permintaan bahan bakar setelah mengakhiri pembatasan ketat COVID-19 pada Desember.
China melanjutkan bisnis minggu ini setelah liburan Tahun Baru Imlek. Jumlah penumpang yang bepergian sebelum liburan naik di atas level dalam dua tahun terakhir tetapi masih di bawah 2019, kata analis Citi dalam sebuah catatan, mengutip data dari Kementerian Perhubungan.
"Pemulihan lalu lintas internasional secara keseluruhan tetap bertahap, dengan satu digit hingga belasan hingga level 2019, dan kami memperkirakan pemulihan lebih lanjut ketika perjalanan grup tur ke luar negeri dilanjutkan pada 6 Februari," kata catatan Citi.
Baca juga: Harga minyak mentah Asia "rebound", ditopang optimisme permintaan China
Baca juga: Harga minyak di perdagangan Asia naik, pasar fokus permintaan China dan prospek AS
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB