Pekanbaru (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Perwakilan Riau Mardalena Wati Yulia menyebutkan daerah ini membutuhkan 1 tenaga Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)/desa pada tahun 2023 mewujudkan keberhasilan Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
"Keberadaan mereka sangat dibutuhkan karena sebagai petugas BKKBN yang berkedudukan di tingkat lini lapangan menjadi andalan terdepan bertugas melakukan pengumpulan data, identifikasi, analisis, penyiapan bahan perumusan dan lainnya yang lebih maksimal," kata Mardalena Wati Yulia di sela acara Evaluasi Pencatatan dan Pelaporan PBDKI (Pemutakhiran PK 2022) Perwakilan BKKBN Provinsi Riau di Pekanbaru, Sabtu.
Mardalena Wati Yulia mengatakan selama tahun 2022 kekurangan SDM PLKB di antaranya terjadi di Kabupaten Rokan Hulu yang hanya tersedia dua PLKB ASN, juga di Kabupaten Pelalawan dan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Artinya pada 1.888 desa di Riau dengan ratio saat ini masih 1 PLKB membina dua atau tiga desa, idealnya adalah seorang PLKB hanya membina satu desa saja.
Kekurangan tenaga PLKB ini katanya menyebutkan kalau dipenuhi melalui CPNS agak berat sehingga Kepala BKKBN Pusat bapak Hasto Wardoyo mecarikan peluang melalui seleksi penerimaan PPPK yakni pegawai ASN yang diangkat dengan perjanjian kontrak kerja dalam jabatan tertentu.
"Calon PPPK tetap melalui sistem rekrutmen berdasarkan ketentuan yang berlaku yang saat ini sebanyak 107 calon PPPK sedang menjalani proses pendaftaran yang harus melalui ujian administrasi menyerupai ujian ASN. Untuk pendaftarannya telah diumumkan secara terbuka," kata Mardalena.
Ia menjelaskan, calon PPPK adalah tenaga yang memiliki pengalaman di bidang penyuluhan, pelayanan, dan pergerakkan, dan pengembangan program KB. Artinya PLKB yang saat ini berstatus honor namun berpendidikan sarjana bisa mendaftar untuk proses PPPK.
Melalui pengadaan tenaga PLKB lewat PPPK itu sekaligus diharapkan dapat mempercepatan dukungan dalam menurunkan prevalensi stunting di Riau (22,3 persen) yang ditargetkan Presiden Jokowi sebesar 14 persen pada tahun 2024 itu.
"Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting Provinsi Riau berada pada angka 22,3 persen. Artinya posisi ini berada di bawah cakupan nasional yang berada pada angka 24,4 persen dan juga berada pada urutan ke-10 terbawah secara nasional." katanya.
Untuk mendukung percepatan penurunan prevalensi stunting itu maka BKKBN Riau tahun 2023, diperlukan penyederhanaan birokrasi --yang sudah dirancang sejak 29 Desember 2022-- itu atau meniadakan sub koordinasi namun dengan membentuk tim kerja yang lebih spesifik, fokus dan terinci lagi. Misalnya Tim Kerja 10 HPK yang memuat anggota yang kompeten dipimpin oleh seorang ketua dan memiliki anggota.
Bagi personil yang handal/trampil tentu akan banyak terlibat dalam beberapa Tim Pokja sekaligus mendapat penilaian yang tinggi sedangkan yang tidak trampil jelas tidak terpakai dan tidak mendapat penilaian kinerja ASN," demikian Mardalena Wati Yulia. ***3***T.F011
Berita Lainnya
BKKBN Perwakilan Riau sosialisasikan pendidikan kependudukan ke pramuka
27 August 2024 17:25 WIB
BKKBN Perwakilan Riau borong penghargaan tingkat nasional Program Bangga Kencana
28 June 2024 13:43 WIB
Maknai hari kartini, BKKBN Riau kerahkan penyuluh tingkatkan layanan KB
21 April 2024 21:26 WIB
BKKBN Perwakilan Riau berupaya bentuk lagi 1.475 pusat data kependudukan tiap desa
17 February 2024 6:26 WIB
BKKBN Perwakilan Riau berupaya optimalkan peran 1.990 Kampung KB
07 February 2024 13:14 WIB
BKKBN Perwakilan Riau edukasi 50 pasang calon pengantin cegah stunting dari hulu
03 February 2024 20:39 WIB
BKKBN Perwakilan Riau gencarkan pemberian telur untuk anak stunting
16 July 2023 19:46 WIB
BKKBN Perwakilan Riau targetkan 35.000 akseptor KB baru pada 2023
17 June 2023 17:24 WIB