Jenewa (ANTARA) - Sejumlah pejabat PBB pada Jumat (11/11) bertemu delegasi Rusia di Jenewa untuk mendiskusikan keluhan Moskow terkait inisiatif ekspor biji-bijian di Laut Hitam dan untuk mengatasi kebutuhan ekspor makanan dan pupuk tanpa hambatan, kata juru bicara PBB.
Negosiasi dilakukan delapan hari sebelum kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada Juli akan diperbarui.
Kesepakatan itu telah membantu mencegah krisis pangan global dengan mengizinkan ekspor makanan dan pupuk dari beberapa pelabuhan di Laut Hitam Ukraina.
Moskow mengindikasikan bahwa mereka bisa keluar dari kesepakatan itu, yang akan berakhir pada 19 November, jika kekhawatirannya tidak diatasi.
Rusia menangguhkan partisipasinya selama empat hari pada bulan lalu sebagai tanggapan atas serangan drone terhadap armada Moskow di Krimea yang dituduhkan terhadap Ukraina.
Kiev tidak mengaku bertanggung jawab dan membantah telah menggunakan koridor keamanan program biji-bijian untuk tujuan militer.
Kepala bantuan PBB Martin Griffiths, yang mengepalai perundingan tentang ekspor Ukraina, dan pejabat perdagangan senior PBB Rebeca Grynspan bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Vershinin di kantor PBB di Jenewa, kata badan Internasional tersebut.
Dalam sebuah pernyataan setelah perundingan tersebut, PBB mengatakan bahwa para partisipan mendiskusikan kesepakatan pada Juli dan menggelar perundingan yang konstruktif tentang kelanjutannya.
"Partisipan juga masih terlibat dalam implementasi Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam dan menggelar diskusi yang konstruktif tentang kelanjutannya," kata PBB.
Perundingan tersebut meliputi pembaruan tentang kemajuan dalam memfasilitasi ekspor makanan dan pupuk tanpa hambatan dari Rusia ke pasar global, menurut pernyataan tersebut.
"PBB masih berkomitmen untuk mengatasi krisis pasar pupuk global di mana petani, khususnya petani-petani kecil dari negara berkembang, tidak dapat memproduksi karena biaya input yang tinggi," kata PBB.
"Dunia tidak dapat membiarkan masalah aksesibilitas pupuk global menjadi kelangkaan pangan global. Oleh karena itu, PBB menyerukan kepada seluruh pihak untuk mempercepat penghapusan segala hambatan yang ada untuk ekspor dan transportasi pupuk ke negara-negara yang paling membutuhkan."
Pemerintah Belanda pada Jumat mengatakan mereka akan melepaskan pengiriman 20 ribu ton pupuk Rusia yang tertahan di pelabuhan Rotterdam karena sanksi, menyusul permintaan dari PBB, seraya menambahkan bahwa pengiriman akan dikirim ke Malawi melalui Program Pangan Dunia.
Pengiriman tersebut diperkirakan akan berangkat ke Malawi dalam pekan mendatang, kata PBB dalam pernyataan tersebut.
Baca juga: PBB lanjutkan konsultasi dalam upaya untuk perbarui kesepakatan biji-bijian Ukraina
Baca juga: Rusia berkomitmen akan ekspor lebih dari 50 juta ton biji-bijian pada 2022-2023
Sumber: Reuters