Kepala BNPT: Pekerja Migran Indonesia dinilai cukup rentan terpapar terorisme

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, radikal

Kepala BNPT: Pekerja Migran Indonesia dinilai cukup rentan terpapar terorisme

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar memberikan paparan pada WNI di Amerika Serikat terkait bahaya terorisme. (ANTARA/HO-Humas BNPT)

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar mengatakan para Pekerja Migran Indonesia (PMI) cukup rentan terpapar terorisme sehingga diminta selalu waspada.

"Selalu waspada dari pengaruh ideologi terorisme," kata Kepala BNPT Komjen Polisi Boy Rafli Amar saat bertemu dengan 13.886 WNI di San Fransisco, Amerika Serikat, melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut Boy Rafli, PMI rentan terpapar terorisme karena mereka minim pengetahuan terkait bahaya radikal terorisme. Terbukti di sejumlah tempat seperti di Singapura dan Hong Kong ada pekerja migran yang terpapar terorisme. "Mereka juga ada yang terlibat dalam perencanaan bom bunuh diri," ungkap Boy Rafli.

Rentan-nya pekerja migran juga disebabkan adanya Foreign Terrorist Fighters (FTF) Indonesia termasuk di zona konflik Irak dan Siria. Kelompok tersebut menyebarkan paham terorisme melalui berbagai cara seperti lewat media sosial.

Kelompok teroris ini kerap menggunakan narasi agama sebagai landasan untuk bersikap intoleran, eksklusif bahkan melakukan kekerasan.

Dengan jumlah data tentang keterlibatan PMI dalam terorisme di luar negeri, Boy mengimbau agar 13.886 orang WNI yang berada di wilayah kerja KJRI San Francisco lebih waspada. "Hindari segala bentuk ancaman radikal terorisme dan pendanaan terorisme," ucap dia.

Kunjungan kerja BNPT RI ke KJRI San Francisco menjadi salah satu agenda kerja di Amerika Serikat. Sebelumnya, Boy Rafli memimpin delegasi Indonesia dalam kegiatan The First United Nations Global Congress of Victims of Terrorism di Markas Besar PBB New York pada 8-9 September 2022.

Baca juga: Pekanbaru waspadai aliran radikal, satu pengungsi Rohingya kembali dari pelarian

Baca juga: Panglima TNI optimistis paham radikal ISIS tidak tumbuh di Sulawesi Tengah