Pekanbaru, (antarariau.com) - Pengembangan wisata di Taman Nasional Tesso Nilo di Provinsi Riau membutuhkan dukungan berupa perbaikan infrastruktur pendukung untuk dapat lebih menarik pelaku pariwisata untuk menanamkan modalnya di kawasan konservasi itu.
"Akses yang kurang bagus karena masih banyaknya jalan yang bertanah dan belum diaspal, dan juga belum adanya aliran lirtrik yang mengaliri ke kawasaan penduduk di Tesso Nilo menjadi salah faktor kendala yang perlu segera diatasi oleh pemerintah," kata Humas Asosiasi Pelaku Pariwisata (ASPPI) Pekanbaru, Keke, kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Menuju Tesso Nilo memerlukan waktu kurang lebih empat jam menempuh perjalanan darat dari Kota Pekanbaru menggunakan kendaraan bermotor. Menurut dia, lama perjalanan bisa membuat wisatawan suntuk akibat kondisi jalan yang buruk.
"Apalagi kalau faktor cuaca yang kurang bersahabat seperti hujan lebat akan menutup akses wisatawan ke kawasan hutan Tesso Nilo ini dapat memberikan kesan atau pengalaman wisata yang tidak bagus terhadap wisatawan lokal dan luar negeri yang ingin berwisata ke sana," katanya.
Taman Nasional Tesso Nilo merupakan kawasan konservasi seluas 83.068 hektar sesuai dengan SK Mentri kehutanan No. 633 tahun 2009 yang terletak di antara dua kabupaten di Provinsi Riau, yakni di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu.
Humas WWF Program Riau, Syamsidar, mengatakan berusaha membantu pengembangan ekowisata di kawasan tersebut yang melibatkan pemerintah dan masyarakat sekitarnya.
Beberapa paket ekowisata antara lain berinteraksi dengan gajah Sumatera jinak di kamp "flying squad". Wisatawan bisa ikut mengikuti simulasi mitigasi konflik antara gajah dengan masyarakat. Patroli dengan menunggangi gajah terlatih bersama pawang (mahot) juga dapat dirasakan oleh wisatawan dengan berkeliling melalui jalur yang tersedia. Gajah terlatih disana terdapat tujuh ekor yang jinak.
"Pemandian gajah dialiran sungai juga dapat dirasakan oleh pengunkjung ekowisata, yang mana pengalaman ini tentunya belum tentu didapatkan di tempat lain," katanya.
Menurut dia, Tesso Nilo memiliki potensi ekowisata yang cukup tinggi yang mampu menyedot kunjungan wisatawan rata-rata mencapai 900 orang tiap tahun. Ekowisata tempat itu kini dikelola bersama antara Balai TNTN di bawah Kementerian Kehutanan, serta oleh Kelompok Masyarakat Peduli Wisata (Kempas) yang dibantu oleh WWF.
Ia mengatakan sejak Kempas berdiri pada bulan Oktober 2010 hingga saat ini telah memfasilitasi tamu yang kebanyakan dari mancanegara sebanyak kurang lebih 450 orang. Wisatawan asing yang tercatat pernah berkunjung ke TNTN berasal dari Swedia, Singapura, Inggris dan Jerman.
Selama ini ekowisata TNTN menawarkan sejumlah paket wisata berupa menyusuri hutan, berperahu di sungai, patroli bersama tim gajah Flying Squad, dan pemanenan madu hutan Sialang secara lestari
Berita Lainnya
Peneliti BRIN sebut wisata perdesaan upaya untuk pembangunan berkelanjutan
24 June 2024 15:57 WIB
Bupati Garut targetkan pembangunan jalur wisata Cipanas selesai sebelum tahun baru
21 November 2023 16:32 WIB
Traveloka-WRI-BEM Undip berkolaborasi untuk pembangunan wisata berkelanjutan
07 June 2023 14:08 WIB
INKA dukung pembangunan kereta gantung di Pagar Alam Sumsel, sebagai sarana wisata
19 January 2022 20:26 WIB
KSP pantau pembangunan sarana wisata Loh Buaya berkonsep "Jurassic Park" di Pulau Rinca NTT
30 December 2021 11:27 WIB
BP Batam bangun masjid berbentuk tanjak Melayu, unik sekali
03 December 2021 17:47 WIB
Pandemi bukan halangan pengembangan wisata Danau Toba
11 July 2020 12:12 WIB
Pembangunan Masjid Cheng Ho Rohil dalam tahap pematangan lahan
12 December 2019 4:34 WIB