Jakarta (ANTARA) - Tim Kantor Staf Presiden memantau pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca, yang sempat diisukan akan dibangun menjadi taman wisata berkonsep "Jurassic Park", di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Tenaga Ahli Utama KSP Agung Rulianto dalam siaran pers yang diterima, di Jakarta, Kamis, menyampaikan sarana wisata di Loh Buaya tersebut sudah mendekati tahap akhir.
"Melihat penataan sarana di Pulau Rinca ternyata jauh dari kesan mewah. Tim KSP memantau, proses pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca sudah mendekati tahap akhir. Dari luas keseluruhan Pulau Rinca 20.000 hektare, pembangunan penataan sarana hanya berada di area 1,3 hektare. Itu pun berada di pinggir pulau dengan jarak 500 meter dari dermaga Loh Buaya, " jelasnya.
Baca juga: Sandiaga Uno sebut AMDAL Taman Nasional Komodo akan segera dikirimkan ke UNESCO
Tim KSP menyampaikan sebelumnya sebuah informasi sempat membuat heboh yakni Indonesia akan membangun Taman Jurassic di Taman Nasional Komodo. Selain menjadi perbincangan di kalangan pegiat lingkungan dalam negeri, informasi tersebut sempat menjadi konsumsi hingga di luar negeri.
Menurut Agung, kekhawatiran tersebut bisa dipahami, karena informasi itu diasosiasikan dengan film Jurassic Park yang sempat menjadi tontonan dalam deretan box office dunia.
Presiden Joko Widodo telah mencetuskan program wisata premium di kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK) Nusa Tenggara Timur (NTT), pada akhir tahun lalu.
Pulau Rinca terletak di sebelah barat Flores dengan dipisahkan selat Molo. Memiliki luas 20.000 hektare, Pulau yang menjadi habitat alami Komodo ini merupakan pulau terbesar kedua di Taman Nasional Komodo, NTT.
Lebih dari separuh luas pulau Rinca merupakan sabana dengan sebaran hutan gugur terbuka dan mangrove.
Agung menyampaikan berdasarkan pantauan tim KSP, kondisi alam dari Dermaga Loh Buaya menuju taman wisata, terdapat elevated track setinggi rata-rata tiga meter dari tanah dengan pepohonan liar yang masih tumbuh di sekitarnya.
Baca juga: Turun drastis, kunjungan wisatawan ke Pulau Komodo tahun lalu hanya 51.618 orang
Tiga bangunan dengan desain tradisional juga ditempatkan layaknya rumah panggung.
"Selama berada di lokasi, belasan komodo berjemur santai di tanah. Satwa purba yang sudah ada sejak 3,5 juta tahun lalu itu tidak terganggu dengan kehadiran manusia. Hanya ada satu bangunan menjejak tanah yang digagas untuk museum, toilet, dan pengamatan langsung komodo dari jarak lebih dekat," jelas dia.
Yang menarik pembangunan sarana ini, kata dia, terlihat sangat memperhatikan kondisi layaknya habitat asli, di mana sebelumnya, pengunjung di Pulau Rinca harus melewati jalan setapak di tanah.
Sejumlah bangunan yang dulu dipakai untuk pos penjagaan dan tempat pengamatan bagi para ilmuwan, juga kini sudah dibongkar.
"Sarana yang dibangun saat ini, memberi ruang gerak lebih bebas pada komodo. Jalan setapak yang diubah menjadi elevated track, bakal mengurangi persimpangan langsung antara komodo dan manusia. Bangunan bagi staf taman nasional dan peneliti, sekarang dibuat melayang," ujarnya.
Baca juga: Arief Yahya Sebut Isu Penutupan Taman Nasional Komodo Tidak Relevan Untuk Pariwisata
Menurut Agung, apa yang dikhawatirkan terkait pembangunan taman wisata di sana adalah persoalan disinformasi semata.
"Saya melihat ini masalah disinformasi ke publik. Informasi yang disebar dikaitkan dengan film Jurassic Park yang menggambarkan tragedi captivating animal, langsung membuat kesan horor. Padahal situasi disini, komodo, rusa, dan babi hutan bebas berkeliaran," tutur Agung.
Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Lukita Awang Nistyantara yang mendampingi selama kunjungan, menyebutkan bahwa sarana yang dibangun sengaja mengambil jalur yang tidak terdapat sarang komodo.
"Disini (Pulau Rinca) terdapat 1.300 Individu. Dari data kami 2002-2021 sejauh ini populasinya stabil," ucap Lukita.
Dia memastikan pembangunan sarana tidak berpengaruh pada menurunnya populasi komodo.
Lukita menambahkan, elevated track yang dibuat saat ini membuat pergerakan komodo lebih bebas dan tidak terganggu manusia. Sementara jika nanti ada wisatawan yang datang, jarak pandangnya akan lebih luas karena posisinya beberapa meter di atas tanah.
"Mereka bisa melihat komodo melintas di bawah kaki," kata Lukita.
Baca juga: Asal muasal komodo hingga fenomena penutupan Taman Nasional Komodo
Baca juga: Penutupan kawasan wisata Pulau Komodo sudah final mulai tahun 2020