Serangan Mengguncang Beirut, Seruan Damai Tak Digubris Israel

id Lebanon

Serangan Mengguncang Beirut, Seruan Damai Tak Digubris Israel

Sejumlah warga memeriksa puing-puing sebuah bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel sehari sebelumnya di kota selatan Tayr Debba, Lebanon, Jumat (7/11/2025). (ANTARA/Xinhua/Ali Hashisho/aa.)

Beirut/Istanbul (ANTARA) - Presiden Lebanon Joseph Aoun, Minggu (23/11), mengatakan bahwa serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut merupakan bukti lain bahwa Israel mengabaikan seruan berulang kali untuk menghentikan serangannya.

Pernyataannya muncul tak lama setelah serangan Israel yang menewaskan lima orang dan melukai 28 lainnya di Beirut selatan. Israel mengeklaim bahwa serangan itu menargetkan kepala staf Hezbollah, Ali Tabatabai.

Baca juga: Upaya Bangun Ulang Lebanon Terhenti: 326 Alat Berat Dihancurkan Israel

Hezbollah telah mengonfirmasi bahwa Tabatabai tewas dalam serangan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Aoun mengatakan serangan itu, yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Lebanon ke-82, merupakan "bukti tambahan bahwa Israel mengabaikan seruan untuk menghentikan agresinya terhadap Lebanon."

Israel "menolak untuk menerapkan resolusi internasional dan menolak semua upaya dan inisiatif yang bertujuan untuk mengakhiri eskalasi dan memulihkan stabilitas tidak hanya di Lebanon tetapi juga di seluruh kawasan," tambahnya.

Aoun menekankan bahwa Lebanon telah mematuhi penghentian permusuhan "selama hampir satu tahun" dan telah berulang kali mengajukan inisiatif untuk menjaga ketenangan.

Dia kembali menyerukan kepada masyarakat internasional untuk "memikul tanggung jawab dan melakukan intervensi secara serius dan tegas untuk menghentikan serangan terhadap Lebanon dan rakyatnya, mencegah kerusakan dan pertumpahan darah lebih lanjut."

Pada Jumat (21/11), Aoun mengatakan Lebanon siap bernegosiasi dengan Israel "di bawah naungan PBB, AS, atau internasional bersama" untuk mencapai "akhir yang tuntas" dari serangan lintas batas Israel.

Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam juga mengutuk serangan Israel, menyerukan penyatuan semua upaya di belakang negara dan lembaga-lembaganya.

Melindungi warga sipil Lebanon dan mencegah negara tersebut tergelincir ke "jalur berbahaya" adalah prioritas utama pemerintah pada momen sensitif tersebut, ujarnya dalam sebuah pernyataan di akun X.

Salam mengatakan pemerintah akan terus menggunakan "semua jalur politik dan diplomatik dengan negara-negara sahabat dan saudara" untuk melindungi warga sipil Lebanon, mencegah eskalasi tanpa akhir, memastikan diakhirinya serangan Israel, mengamankan penarikan pasukan Israel dari wilayah Lebanon, dan mencapai pemulangan tahanan Lebanon.

Dia menambahkan bahwa pengalaman masa lalu telah membuktikan bahwa stabilitas yang langgeng hanya dapat dicapai melalui implementasi penuh Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, perluasan kewenangan negara di seluruh wilayah Lebanon, dan pemberian wewenang kepada tentara Lebanon untuk menjalankan misinya.

Resolusi tersebut menyerukan penghentian permusuhan antara Hezbollah dan Israel, serta pembentukan zona bebas senjata antara Sungai Litani dan batas Garis Biru yang dipetakan oleh PBB yang memisahkan Lebanon dari Israel dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Israel telah melancarkan beberapa serangan di pinggiran selatan Beirut sejak gencatan senjata, yang terbaru pada Juni.

Ketegangan di Lebanon selatan telah meningkat selama berminggu-minggu, dengan militer Israel mengintensifkan serangan udara hampir setiap hari di wilayah Lebanon, yang diklaim menargetkan anggota dan infrastruktur Hezbollah.

Baca juga: Serangan Udara Israel di Lebanon Selatan Menyebabkan Lonjakan Pengungsi

Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, setidaknya 331 orang tewas dan 945 orang terluka akibat tembakan Israel sejak gencatan senjata berlaku pada 27 November 2024. Misi penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) juga melaporkan lebih dari 10.000 pelanggaran udara dan darat yang dilakukan Israel.

Berdasarkan gencatan senjata, tentara Israel seharusnya mundur dari Lebanon selatan Januari ini, tetapi hanya sebagian yang ditarik dan terus mempertahankan kehadiran militer di lima pos perbatasan.

Sumber: Anadolu

Pewarta :
Editor: Vienty Kumala
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.