Kapolres Meranti : Karhutla terjadi akibat faktor alam hanya satu persen, selebihnya manusia

id Karhutla,Polres Kepulauan Meranti

Kapolres Meranti : Karhutla terjadi akibat faktor alam hanya satu persen, selebihnya manusia

Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul LTG saat memberikan pemaparan dalam kegiatan sosialisasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Ballroom Hotel Grand Meranti. (ANTARA/Rahmat Santoso)

Selatpanjang (ANTARA) - Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul LTG menyebutkan penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) secara umum ada dua yakni, karena alam dan ulah manusia.

Masalah alam biasanya terjadi di iklim subtropis seperti Amerika, Australia, Brazil, Kanada. Hal itu dipicu akibat ada gangguan petir dan kilat sehingga menyebabkan terjadinya kebakaran.

"Tetapi di Indonesia hanya satu persen untuk hal yang demikian. Kebanyakan disebabkan oleh manusia, baik sengaja maupun karena kelalaian," ungkap Kapolres Andi dalam kegiatan sosialisasi pencegahan dan penanggulangan karhutla, Senin (27/12).

Kapolres menyebutkan, selama tahun 2021 pihaknya hanya menangani satu kasus karhutla yakni di bulan Februari lalu akibat unsur kesengajaan yang dilakukan masyarakat. Dalam kasus itu terdapat satu orang tersangka.

"Kasus ini ditangani oleh Satreskrim. Jumlah lahan yang terbakar kurang lebih lima hektare, dan diduga terjadi akibat kesengajaan," jelasnya.

Berbicara soal karhutla, musim panas atau kemarau yang berkepanjangan juga menjadi salah satu faktor pemicunya. Provinsi Riau terjadi musim kemarau dua kali dalam setahun, yakni awal tahun dan pertengahan hinggaOktober 2021.

"Oleh karena itu, butuh komitmen dan sinergitas kita bersama sehingga karhutla ini bisa dicegah sedini mungkin," ujar Kapolres.

Sementara penyebab kebakaran akibat ulah manusia, pertama karena manusia ingin cara yang cepat, mudah, dan efisien. Yang sering ditemukan di lapangan itu biasanya membakar sampah dan membuka lahan dengan cara dibakar.

"Mungkin saja dia tidak sengaja, tetapi dampaknya dapat merusak lingkungan dan kesehatan. Itu jelas-jelas sangat merugikan kita semua," tutur Andi.

Selain itu, ada juga yang melakukan pembakaran karena ingin mempercepat dan mempermudah penyelesaian masalah lahan karena ada sengketa, konflik dengan pemerintahan maupun perusahaan.

"Ini pernah terjadi di Kabupaten Siak, dimana ada salah satu perusahaan punya konflik lahan dengan masyarakat, sehingga masyarakat yang komplain tersebut melakukan pembakaran," lanjutnya.

Sejauh ini, Polres Kepulauan Meranti juga telah melakukan sejumlah upaya antisipasi dan penanggulangan karhutla. Baik itu kegiatan preemtif, preventif, maupun represif.

Kegiatan preemtif seperti sosialisasi, menyebarkan maklumat Kapolda, hingga pembentukan tim terpadu. Kemudian preventif, melaksanakan apel siaga bencana, patroli terpadu, patroli udara hingga membangun jaringan informasi dengan masyarakat.

Lalu kegiatan refresif melakukan penyelidikan dan penyidikan. Hal ini dilakukan setelah terjadinya kebakaran.

"Adanya masyarakat peduli api di desa-desa, dan program desa bebas api oleh perusahaan besar yang ada di Kepulauan Meranti, ini juga sangat membantu dan kita apresiasi," sebutnya.

Kapolres juga optimistis dengan berbagai upaya yang dilakukan Kabupaten Kepulauan Meranti akan menjadi kabupaten bebas asap di tahun 2022 nanti.

"Untuk mewujudkan ini perlu sinergitas kita semua. Bersama kita selamatkan hutan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti agar tidak terjadi kebakaran," pungkas Andi Yul.

Selain Kapolres, sosialisasi karhutla juga diisi sejumlah pemateri lainnya, diantaranya Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Riau Mamun Murod,Danramil 02 Tebingtinggi Mayor Inf Suratno, Plt BPBD Kepulauan Meranti Rizki Hidayat, dan Kepala Daops Manggala Agni Siak Ihsan Abdillah.