Jakarta (ANTARA) - Pelaku usaha tekstil dan pakaian jadi menyebut pengadaan teknologi pada mesin produksi dan kompetensi sumber daya manusia dapat menjadi syarat terwujudnya pemanfaatan industri 4.0 di sektor unggulan ini.
Menurut Product Manager Gerber Technology PT Brothersindo Saudara Sejati, Arthur Francis Barthelemy dalam pernyataan di Jakarta, Senin, kedua hal tersebut merupakan solusi terhadap tantangan makro dalam industri tekstil dan pakaian jadi nasional, yaitu masih rendahnya produktivitas industri tekstil dan pakaian jadi.
Baca juga: Perusahaan tekstil Xinjiang rugi sekitar Rp895,8 miliar akibat sanksi AS
Menurut dia, rendahnya produktivitas di sektor ini disebabkan oleh keterbatasan teknologi yang terdapat pada mesin serta kualitas maupun kompetensi para pekerja.
"Faktor teknologi dan sumber daya manusia merupakan prasyarat yang saling melengkapi untuk Making Indonesia 4.0 di sektor industri tekstil dan pakaian jadi," ujar Arthur.
Ia mengatakan industri tekstil dan pakaian jadi, sebagai sektor manufaktur padat karya, idealnya diisi oleh tenaga kerja yang berkompetensi tinggi seiring dengan makin pesatnya perkembangan teknologi.
Baca juga: Kondisi industri tekstil kian kritis tanpa kepastian jaminan pasar
Pekerja yang berkompeten tersebut sangat dibutuhkan untuk mengoperasikan berbagai mesin produksi yang mempunyai kecanggihan teknologi dan secara efisien dapat mempercepat produksi.
Untuk itu, kualitas sumber daya manusia yang baik dan kecanggihan teknologi seharusnya dapat menghasilkan produktivitas tinggi, mengingat saat ini produktivitas industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia belum optimal.
Selain itu, menurut Arthur, setiap pekerja harus punya motivasi tinggi dan rasa memiliki (ownership) yang dapat terbentuk melalui pelatihan terhadap pekerja agar tercipta pembentukan karakter yang sesuai dengan kultur industri.
Baca juga: Pengusaha berharap sektor industri tekstil tetap eksis saat pandemi
"Teknologi dan kompetensi pekerja akan mendorong output dan efisiensi. Efisiensi produksi yang baik berarti meningkatnya kemampuan memenuhi order. Dengan besarnya segmen pasar ekspor, maka semakin besarnya jumlah order dari luar negeri berarti ekspor akan semakin meningkat," ujarnya.
Ia juga memastikan peningkatan ekspor dari sektor tekstil dan pakaian jadi nasional ini akan berdampak pula pada devisa bagi Indonesia.
Baca juga: Gandeng Sejumlah Pihak, Bea Cukai Bongkar Penyelundupan Tekstil
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah diolah oleh Pusat Data Industri Kementerian Perindustrian, sektor industri pakaian jadi menjadi salah satu dari enam komoditi yang memiliki nilai ekspor terbesar pada tahun 2018 hingga 2020.
"Dari data tersebut, industri tekstil dan pakaian jadi nasional masih memiliki potensi sangat besar untuk tumbuh dan berkembang. Penggunaan Gerber Technology yang disertai ketrampilan pekerja yang mumpuni akan mampu merealisasikan potensi besar itu sehingga Making Indonesia 4.0 akan terwujud," katanya.
Baca juga: Penyelundupan pakaian bekas dan produk tekstil dari Malaysia masih marak