Retno Marsudi nyatakan Indonesia siap jadi pusat produksi vaksin Asia-Pasifik

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara

Retno Marsudi nyatakan Indonesia siap jadi pusat produksi vaksin Asia-Pasifik

Tangkapan layar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan keterangan pers secara daring dari New York, Amerika Serikat, Rabu (29/9/2021). (ANTARA/Yashinta Difa)

Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan kesiapan Indonesia untuk menjadi pusat atau hub produksi vaksin COVID-19 di kawasan Asia-Pasifik.

Pernyataan itu disampaikan Menlu RI dalam pertemuan Dewan Aliansi Vaksin Gavi dengan para ketua bersama COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group, di mana Indonesia mengangkat isu kendala ketersediaan pasokan vaksin.

Baca juga: Pekanbaru buka tiga posko vaksin bagi lansia, ini lokasinya

“Produsen vaksin harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dan sudah saatnya negara berkembang dimasukkan dalam rantai pasokan vaksin global,” kata Menlu Retno ketika menyampaikan pernyataan pers secara daring pada Rabu.

Meningkatkan produksi atau pasokan vaksin dianggap sebagai salah satu upaya penting untuk memenuhi target vaksinasi 70 persen penduduk dunia pada pertengahan 2022.

Baca juga: Dinkes Riau apresiasi akselerasi vaksin gotong -royong oleh perusahaan

Untuk mencapai target tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa dunia membutuhkan sedikitnya 11 miliar dosis vaksin COVID-19.

"Pada saat kita bicara mengenai rantai pasokan vaksin, saya sebutkan bahwa pembentukan pusat manufaktur vaksin mRNA yang sudah dilakukan di Afrika Selatan harusnya direplikasi di wilayah lain untuk mempercepat peningkatan produksi vaksin," kata Menlu Retno.

Selain melalui peningkatan produksi, Indonesia juga terus mendorong mekanisme berbagi dosis vaksin (dose-sharing) dari negara yang memiliki kelebihan dosis vaksin kepada negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Baca juga: Indonesia terima donasi 1,2 juta vaksin COVID-19 AstraZeneca dari Prancis

Dalam hal ini, Menlu RI sebagai salah satu ketua bersama COVAX AMC EG menekankan pentingnya negara yang memiliki kelebihan dosis vaksin untuk berbagi dosisnya secara lebih transparan, menyampaikan waktu pengiriman, dan menghindari berbagi dosis vaksin yang sudah akan habis masa berlakunya.

Isu lain yang disoroti Indonesia dalam pertemuan interaktif antara Dewan Gavi dengan para ketua AMC EG adalah tentang diskriminasi vaksin.

Baca juga: Milad ke-53 Kadin Indonesia, Kadin Inhil siapkan 5.328 dosis vaksin untuk masyarakat

Kekhawatiran mengenai tren diskriminasi vaksin disuarakan oleh Menlu RI, menyusul larangan masuk yang diberlakukan oleh beberapa negara terhadap pelaku perjalanan lintas batas meskipun mereka telah divaksin dengan jenis yang mendapat izin penggunaan darurat dari WHO.

Ada pula negara yang mengizinkan warga negara asing masuk ke wilayahnya, asalkan telah mendapatkan suntikan penguat (booster) vaksin yang diakui oleh otoritas mereka.

Baca juga: 684.900 dosis lagi vaksin COVID-19 AstraZeneca tiba di Indonesia

“Dalam pertemuan itu saya meminta agar WHO, Gavi, COVAX Facility melakukan joint effort (upaya bersama) untuk mencegah diskriminasi vaksin ini terus terjadi. Dewan Gavi juga sangat mengkhawatirkan diskriminasi ini dan akan berupaya untuk menangani bersama dengan WHO,” tutur Menlu Retno.

Pertemuan Dewan Gavi dan para ketua COVAX AMC EG dilakukan secara virtual untuk memberi masukan kepada Dewan Gavi dalam menyusun strategi selanjutnya agar dapat lebih menjawab tantangan negara anggota COVAX.

Baca juga: Wapres Ma'ruf Amin tinjau pelaksanaan vaksinasi COVID-19 untuk pekerja media