Pekanbaru (ANTARA) - Kejaksaan Negeri (Kejari) Pelalawan mengeksekusi uang pengganti kerugian keuangan negara sebesar Rp500 juta dari Tengku Al Azmi, terpidana kasus korupsi komplek perkantoran Bhakti Praja Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
"Tadi diserahkan oleh pihak keluarga terpidana sebesar Rp500 juta," kata Kepala Seksi (Kasi) Pidana Khusus (Pidsus) Andre Antonius dihubungi dari Pekanbaru, Rabu.
Ia mengatakan uang senilai setengah miliar rupiah itu selanjutnya disetorkan kas negara melalui Bank BRI Kantor Cabang Pangkalan Kerinci, Pelalawan.
Al Azmi merupakan salah satu pihak yang dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi dalam kegiatan pengadaan lahan untuk perluasan lahan perkantoran di Kompleks Bhakti Praja Tahun Anggaran 2007, 2008, 2009, dan 2011. Saat kejadian, dia adalah staf di Badan Pertanahan Nasional (BPN) di kabupaten tersebut.
Dalam perjalanan perkara, dia dinyatakan bersalah dan dihukum dengan pidana tujuh tahun penjara, denda Rp350 juta subsidair 4 bulan penjara, dan diwajibkan membayar uang pengganti kerugian keuangan negara sebesar Rp926.687.600 subsidair 5 tahun kurungan. Kerugian negara itu baru dibaya Rp500 juta dan masih menyisakan Rp426 juta.
"Keluarganya berjanji akan segera melunasi uang pengganti itu," sebut mantan Jaksa Fungsional pada Kejaksaan Tinggi Kepulauan Riau itu.
Diketahui, perkara itu sebelumnya ditangani Kepolisian Daerah Riau. Ada delapan orang yang ditetapkan sebagai tersangka, dan dinyatakan bersalah oleh lembaga peradilan. Sebagian masih menjalani hukuman, dan lainnya sudah bebas.
Para pesakitan itu adalah Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Pelalawan, Syahrizal Hamid, Lahmudin (mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pelalawan), dan Al Azmi (Kasi BPN Pelalawan).
Lalu, Tengku Alfian (PPTK pengadaan lahan dan staf Setda Pelalawan), Rahmat (staf Dispenda), Tengku Kasroen (mantan Sekretaris Daerah Pelalawan), dan Marwan Ibrahim (mantan Wakil Bupati Pelalawan), dan Tengku Azmun Jaafar (Bupati Pelalawan).
Kasus ini bermula ketika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan berencana mendirikan kompleks perkantoran dengan nama Bhakti Praja pada tahun 2002 dengan membeli lahan seluas 110 hektare.
Namun, setelah lahan tersebut dibayar, ganti rugi lahan justru kembali dianggarkan dalam APBD TA 2007, 2008, 2009 dan 2011. Akibatnya, negara dirugikan Rp38 miliar.
Baca juga: Kejaksaan Pelalawan musnahkan kulit dan empat janin harimau sumatera, begini penjelasannya
Baca juga: Polisi selidiki kebakaran lahan gambut di Pelalawan
Berita Lainnya
Lagi, Kejagung sita uang Rp288 miliar terkait kasus Duta Palma
05 December 2024 13:38 WIB
Tom Lembong ditahan di Rutan Salemba
30 October 2024 5:48 WIB
Ditjen Pajak teken kerja sama dengan Kejaksaan Agung
04 October 2024 11:21 WIB
Terima perkara korupsi dana bansos, Kejaksaan Dumai tahan dua tersangka
25 June 2024 16:54 WIB
136 desa di Bengkalis miliki rumah "restoratifve justice"
14 June 2024 13:53 WIB
Tangani perkara korupsi bandwith, Kejaksaan Dumai sita Rp305 juta dari tersangka pengusaha
31 May 2024 14:42 WIB
Mantan Plt Kadiskominfo Dumai ditahan jaksa, Ini pesan Wali Kota
17 May 2024 22:21 WIB
Kejaksaan tahan Kalaksa BPBD Siak terkait korupsi dana penanggulangan bencana
17 May 2024 19:47 WIB