Menjaga Lapangan Duri tetap Terbesar

id Pertamina hulu rokan, lapangan minyak Duri, injeksi uap terbesar

Menjaga Lapangan Duri tetap Terbesar

Sebuah sumur minyak baru disertai dengan pompa angguk pada NDD Area 14 Lapangan Duri. ANTARA/Bayu Agustari Adha

Duri, Riau, (ANTARA) - Duri bukanlah sebuah kota. Daerah ini hanyalah ibukota dari sebuah Kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau yakni Kecamatan Mandau. Akan tetapi wajah kota tak bisa berbohong apabila melihat Duri.

Wajah itu bisa dilihat dari deretan bangunan di sepanjang jalan. Masifnya kegiatan perekonomian hingga ramainya kendaraan yang berlalu lalang. Apalagi jika dilihat dari jumlah penduduknya yang mencapai hampir 300 ribu jiwa lebih.

Namun begitu sekali lagi Duri bukanlah kota. Hanya ibukota kecamatan. Duri seakan-akan tidak begitu dianggap sebagai kota di Indonesia. Padahal Duri pernah dan masih menjadi jantung ketahanan energi di Indonesia.

Ya, Duri merupakan daerah penghasil minyak bumi dan gas yang cukup besar di Indonesia. Oleh karena itulah, Duri yang secara administratif tidak begitu dianggap namun kenyataannya Duri hampir mendekati metropolitan.

Padahal pada awalnya Duri tak lah begitu dilirik, bahkan oleh perusahaan migas pada zaman kolonial dulu. Belanda dan entitas perusahaannya macam Royal Dutch and Shell lebih memilih Sumatera Utara dan Sumatera Selatan untuk ekplorasi minyak.

Dalam buku Richard Hopper "Ribuan tahun Sumatera Tengah Sejarah Manusia, Rempah, Timah dan Emas Hitam", Duri yang di Sumatera Tengah bagian Timur digambarkan sebagai hutan dan rawa yang sulit untuk penyelidikan geologis dibanding tempat manapun dunia.

"Sebab wilayah ini memiliki curah hujan berkisar 100 inci (250 cm) per tahun dan humus yang sangat dalam. Relief topografinya sangat rendah. Singkapan batuan pun nyaris tak ada, kecuali di sisi dasar sungai-sungai kecil di kaki pegunungan bukit barisan," tulisnya dalam cerita awal ekspedisi penemuan minyak di Sumatera Tengah.

Adalah sebuah perusahaan yang dibentuk di Belanda pada 1930 sebagai cabang perusahaan Standard Oil Company of California yang mulai masuk Sumatera Tengah yakni Nedherlandsche Pasific Petroleum Maatsschappij (NPPM) yang kemudian jadi Caltex Pasific Petroleum Maatsschappij.

Akhirnya keberhasilan pengeboran pertama di Sumatera Tengah terjadi di Sumur Sebanga, timur laut hulu Sungai Mandau pada Juni 1939 oleh NPPM. Di kemudian hari minyak juga ditemukan di lirik, dekat Rengat. Ladang minyak ketiga ditemukan di Duri dekat Sebanga, oleh NPPM tahun 1941.

Perang Dunia II berlangsung dan jepang menginvasi sehingga penemuan minyak itu tidak langsung dieksploitasi. Di bawah Jepang dua sumur minyak dibor di ladang minyak Duri antara Desember 1944 sampai pertengahan tahun 1945. Jalan dan pipa dibentang dari Duri ke Dumai berdasarkan rute yang disurvei oleh NPPM tahun 1941.

Hingga akhirnya Jepang menyerah diperkirakan ada 19.500 barel dieksploitasi di mana sebagian besar dari Sebanga yang masuk daerah Duri. Usai Perang Dunia II, perusahaan Amerika Serikat kembali datang dan Duri mulai berproduksi pada 1954.

Lapangan Duri berproduksi secara alami hingga tahun 1965 dengan 65 ribu barel per hari. Setelah itu terjadi penurunan produksi sehingga pada tahun 1975 dimulai studi "Enhance Oil Recovery" menggunakan injeksi uap (steamflood).

Teknologi ini akhirnya diimplementasikan pada 1985 dan menjadikannya sebagai lapangan terbesar di dunia yang menggunakan teknologi injeksi uap. Hal itu dilakukan karena di Duri merupakan minyak yang berat sehingga harus dipanaskan agar terangkat ke permukaan.

Uap tersebut ditempatkan pada sumur injeksi yang dikelilingi oleh sumur produksi. Energi tersebut akan memanaskan reservoir agar minyak encer lalu didorong ke permukaan. Tak hanya itu untuk mengangkatnya juga digunakan pompa angguk di atas permukaan karena masih juga berat.

Pada 1995 hingga 2003 Lapangan Duri mencapai puncak produksi hingga 300 ribu barel per hari yang dikembangkan pada 12 area yang cukup berjauhan. Setelah itu dikembangkan juga Area 13 yang mulai produksi pertama tahun 2014. Selanjutnya penurunan produksi kembali terjadi.

Pengembangan NDD Area 14

Jaringan pipa injeksi uap pada NDD Area 14 Lapangan Duri. (ANTARA/Bayu Agustari Adha)
Duri yang masuk dalam Wilayah Kerja atau Blok Rokan sudah beralih kelola dari PT Chevron Pasific Indonesia ke PT Pertamina Hulu Rokan pada tahun 2021. Untuk meningkatkan produksi, PHR melanjutkan pengembangan Lapangan Duri dengan nama "North Duri Development" (NDD) Area 14.

Manager Construction New Technology PT PHR, Irawan Adianto mengatakan NDD 14 merupakan proyek pengembangan pertama di Duri sejak alih kelola tahun 2021. Pengembangan ini direncanakan dalam beberapa tahap dan saat ini telah berjalan Tahap I dan II.

"Semua dikerjakan orang Indonesia, ada 200 Perwira Pertamina. Ini bisa menghambat penurunan produksi," ungkapnya.

Saat ini lanjutnya ada 6 ribu lebih sumur aktif di Lapangan Duri dengan minyak siap jual (lifting) 44 ribu barel per hari. Produksi minyak Duri ini sepertiga dari total produksi PT PHR yang mencapai 152 ribu barel per hari terhitung Agustus 2025.

Secara perusahaan, Duri menyumbang 10 persen dari produksi Pertamina sebanyak 480 ribu barel per hari. Jika ditarik secara nasional yang produksinya 600 ribuan barel per hari, maka Duri punya kontribusi sekitar 5 persen.

Manager Project HO and SLS Eko Budiono menyampaikan Proyek NDD 14 masih dalam wilayah kerja atau atau Blok Rokan yang diberikan pemerintah. Sebelumnya NDD 14 hanyalah hutan yang kemudian dibuka untuk melakukan proyek pengembangan.

Saat ini lanjutnya sudah ada jalan utama, koridor pipa, dan tiang listrik untuk mensuplai uap dan listrik ke masing-masing sumur. Pada pipa uap juga dipasang isolasi supaya bisa menahan panas untuk ditransfer ke reservoir.

"Ini dikasih selubung supaya panasnya tak hilang walaupun hujan dan kondisi dingin. Uap di dalam pipa dikontrol supaya bisa menginjeksi sumur produksi," sebutnya.

Lebih lanjut dikatakannya PT PHR mengoptimalkan semua sumber daya dengan menggunakan kontraktor berbagai bidang. Semua perusahaan berbeda dengan apa yang dilakukan dengan perusahaan lainnya.

Menurut Superintendent Field Operation Duri, Ahmad Riyanto, NDD Area 14 sudah dilakukan dalam dua tahap dan masih berproses sampai saat ini. Untuk NDD tahap 1 sudah ada 68 sumur terdiri atas 47 sumur produksi, 15 sumur injeksi, dan 6 sumur observasi.

"Sumur produksi semuanya sudah berproduksi. Kalau tahap II sedang berjalan ada 49 sumur. 34 sumur produksi, 12 sumur injeksi, dan 3 sumur observasi, baru 9 sumur produksi yang sudah produksi. Melalui 56 sumur baru yang sudah berproduksi itu, PT PHR memperoleh tambah lifting sebanyak 600 barel per hari," ujarnya.

NDD 14 kini masih terus berlanjut dengan tahap II yang sedang berproses. Seterusnya NDD 14 Tahap III dan IV juga akan terus bergulir untuk menahan laju penurunan alamiah.

Diketahui sejak alih kelola dari Chevron, PHR melakukan upaya peningkatan produksi dengan masif. Hingga saat ini perusahaan pelat merah itu telah melakukan pemboran 1.800 sumur baru dan pengembangan sumur lama.

Menurut General Manager PT PHR WK Rokan, Andre Widjanarko, upaya tersebut berhasil menahan laju penurunan produksi yang jika tidak ada upaya apapun kan menjadi sekitar 100 ribu barel per hari saja. Artinya PHR telah berhasil menambah produksi 50 ribu barel per hari.

"Produksi secara natural akan menurun, 35-40 persen kalau tidak ada aktivitas yang masif. Dari 2021 pertahankan produksi 150-160 ribu barel per hari, saat ini pada angka 152 barel per hari. 26 persen dari produksi nasional," ucapnya.

Pewarta :
Editor: Afut Syafril Nursyirwan
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.