RI coba belajar dari Jepang dan Jerman arahkan 25 persen APBN sebagai dana talangan pemulihan bisnis

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara

RI coba belajar dari Jepang dan Jerman  arahkan 25 persen APBN sebagai dana talangan pemulihan bisnis

Profesor Dr. Elfindri (Doc/Frislidia/Antara)

Pekanbaru (ANTARA) - Pakar ekonomi dari Universitas Andalas Prof. Dr. Elfindri mengatakan, Pemerintah RI perlu mempedomani negara maju seperti Jepang dan Jerman, karena lebih 25 persen dari APBNnya diarahkan untuk dana talangan untuk pemulihan bisnis saat menghadapi pandemi COVID-19 ini.

"Dalam upaya itu, tentukan sebenarnya perlu prioritas usaha mana yang akan dibantu, mana yang tidak, tentunya bagi usaha yang buat mandiri, dan usaha substitusi impor, yang bergerak pada sektor "non durable goods", atau bahan yang tidak lama pakai, karena yang masih ada permintaan," kata Elfindri dihubungi dari Pekanbaru, Jumat.

Pendapat demikian disampaikannya terkait pandemi COVID-19 berdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Nasional, untuk mengantisipasi kondiis tersebut pemerintah mengeluarkan PMK No.70/PMK.05/2020 dalam rangka Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional dengan skema penempatan uang negara pada bank umum Nasional.

Menurut dia, prioritas usaha yang akan dibantu seperti "durable goods" atau barang-barang tahan lama maka bisa agak ditunda karena permintaan masih lesu dan konsumen cenderung mengarah pada keperluan pokok.

Sedangkan untuk usaha-usaha yang berkaitan dengan substitusi impor, makanan minuman dan obat-obatan, bisa juga "locally contents good", atau usaha yang bergerak dalam penyediaan jajanan mie lokal, processed goods atau barnag olahan dan sejenisnya.

"Masa pandemi COVID-19 ini, masyarakat cendrung berperilaku penghematan pengeluaran dan penghematan konsumsi, artinya lebih kepada pengetatan pengeluaran dan cendrung lebih banyak memnuhi kebutuhan pokok," katanya.

Sementara itu untuk kebutuhan sekunder dan tertier masih berkurang drastis. Akibatnya pada masa "recovery" awal saat new normal sektor yang perlu dipastikan adalah bagaimana memproduksi dan memarketingkan kebutuhàn pokok itu, sehingga UMKM yang berkaitan dengan pangan menjadi penting. Kran pekerjaan produksi tidak terlalu berpengaruh, yang berpengaruh adalah perdagangan.

"Oleh karenanya sektor yang berkaitan dengan pangan, khususnya olahan akan bangun cepat misal rumah makan dan pengolahan makanan," katanya. **1**T.F011