Mari Pangestu sebut wabah corona bisa turunkan ekonomi Indonesia, begini penjelasannya

id Mari elka pangestu,Virus corona,Wabah corona,Berita riau antara,Berita riau terbaru

Mari Pangestu sebut wabah corona bisa turunkan ekonomi Indonesia, begini penjelasannya

Ahli ekonomi Indonesia Mari Elka Pangestu menjawab pertanyaan saat wawancara ekslusif dengan Kantor Berita Antara di Wisma Antara, Jakarta, Selasa (4/2/2020). (ANTARA FOTO/Saptono/wpa/aww).

Jakarta (ANTARA) - Ekonom Senior, Mari Elka Pangestu, menyebutkan bahwa mewabahnya virus corona berpotensi menurunkan perekonomian China sehingga akan berimbas pada perekonomian Indonesia juga.

“Kita lihat dari hitung-hitungannya kalau perekonomian China turun 1 persen maka perekonomian Indonesia itu kenanya 0,3 persen,” katanya saat berkunjung ke Kantor Berita Antara, Jakarta, Selasa.

Mari mengatakan hal tersebut dapat terjadi karena China merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia khususnya melalui permintaan batubara dan kelapa sawit yang akan turun.

“Karena masuknya dari harga dan permintaan komoditas terutama batu bara dan kelapa sawit yang demand-nya besar di China,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia menyatakan bahwa dampak virus corona terhadap penurunan ekonomi tanah air juga melalui sektor pariwisata yaitu menurunnya wisatawan dari China maupun negara lain.

“Misalnya satu tahun dampaknya maka ada dua juta wisatawan dari China yang tidak datang dengan spending rata-rata 1.000 dolar AS per orang yang artinya itu 2 miliar dolar AS yang tidak masuk ke devisa kita,” jelasnya.

Di sisi lain, Mari menuturkan pemerintah masih harus terus memantau perkembangan dari penyebaran virus corona yang akan memberikan dampak untuk perekonomian Indonesia maupun global.

“Kalau dampak ekonomi mungkin kita harus melihat apa yang akan terjadi karena masih banyak yang tidak diketahui atau yang tidak pasti,” katanya.

Ia mengatakan pemerintah juga perlu berkaca dari kasus wabah SARS pada 2003 yang mampu mempengaruhi perekonomian China serta negara lain seperti Hong Kong.

Ia menjelaskan kasus SARS saat itu berlangsung selama delapan bulan dengan menelan korban jiwa sebanyak 800 orang serta mencetak 8 ribu kasus yang 80 persennya terjadi di China dan Hong Kong.

“Itu menyebabkan ekonomi China turun di sekitar kuartal pertama 2 persen selanjutnya 1 persen. Rata-rata turunnya 1 persen. Tapi waktu itu China ekonominya dari 11 persen jadi 10 persen,” katanya.

Mari menuturkan pada kasus virus corona yang baru berlangsung sekitar dua bulan ini telah mampu menyebabkan 300 orang meninggal, 17 ribu kasus, serta menyebar ke 24 negara.

“Kalau kita asumsi dia polanya mirip SARS tentunya akan ada dampak pada perekonomian China dan berimbas pada pertumbuhan ekonomi global,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Mari mengimbau agar pemerintah dapat mengantisipasi risiko-risiko virus corona seperti kesigapan untuk mendeteksi dan melakukan karantina jika ada yang terkena virus.

Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempertimbangkan penghentian impor barang dari China terutama untuk hewan sebab tidak semua produk membawa virus corona.

“Nah ini apakah kita harus mencari pasar yang baru untuk antisipasi,” katanya.

Baca juga: Kadis Kesehatan Riau minta masyarakat waspada hoaks terkait corona, begini penjelasannya

Baca juga: Hindari kepanikan, Presiden Jokowi perintahkan menteri jelaskan ke masyarakat soal virus corona

Baca juga: Apa bedanya gejala virus corona baru atau 2019-nCoV dengan batuk dan pilek biasa?