Pekanbaru (ANTARA) - Aktivis lingkungan dan perlindungan satwa WWF menyatakan relokasi atau pemindahan harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) tidak bisa jadi solusi untuk mengatasi konflik harimau dengan manusia di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Humas WWF Program Riau Syamsidar, di Pekanbaru, Jumat, menyatakan bahwa mempertahankan satwa dihabitat aslinya adalah pilihan yang terbaik karena belum ada kepastian apakah satwa yang direlokasi mampu beradaptasi dengan habitat barunya. Ditambah lagi ancaman serupa juga sama, yakni deforestasi, degradasi kawasan, kebakaran hutan, dan perburuan, juga terjadi di hampir semua kawasan.
"Sehingga relokasi (harimau) mungkin bisa menjadi pemicu konflik di tempat baru, jika tidak ada monitoring dan penanganan yang intensif," kata Syamsidar.
Baca juga: Riau butuh satgas penanganan konflik harimau sumatra dengan manusia, ini sebabnya
Ia mengatakan hal tersebut menanggapi konflik manusia dengan harimau sumatera liar yang sudah menelan tiga korban jiwa pada tahun ini di Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Akibatnya, muncul keresahan dari warga Desa Tanjung Simpang di daerah tersebut yang menyurati kepala daerah setempat agar ada kebijakan merelokasi satwa dilindungi tersebut.
Menurut Syamsidar, hasil monitoring WWF menunjukkan 75 persen keberadaan satwa harimau dan gajah sebagai mamalia, berjelajah luas berada di luar kawasan konservasi. Kawasan itu sudah berubah fungsinya dari habitat asli ke bentuk penggunaan lain, sementara keberadaan mereka tetap ada di sana.
Tentu saja tumpang tindih penggunaan ruang yang sama dengan aktivitas manusia akan menimbulkan konflik.
Baca juga: Warga Pelangiran Riau minta pemerintah evakuasi harimau liar, begini penjelasannya
"Untuk kondisi seperti ini, konflik mungkin tidak bisa dihilangkan sama sekali. Tetapi yang dapat dilakukan adalah pencegahan terjadinya konflik dengan penerapan praktik-praktif pengelolaan yang baik di konsesi-konsesi tersebut," ujarnya.
Ia menyatakan Riau memerlukan sebuah satuan tugas khusus untuk penanganan konflik satwa liar dengan manusia. Menurut dia, pada tahun 2007 pernah dibentuk sebuah satgas melalui Surat Keputusan Gubernur Riau, yang berisikan berbagai lembaga dan organisasi terkait.
"Bisa jadi itu diaktifkan kembali ataupun yang baru tapi tentu harus diikuti perangkat-perangkat pendukung untuk pelaksanaan program kerjanya, salah satunya pendanaan untuk langkah-langkah pencegahan konflik atau pun penanganannya. Selama ini, jika konflik terjadi, pendanaan untuk penanganannya sebagian besar dari sumber-sumber adhoc," kata Syamsidar.
Baca juga: Waduh, Sudah tiga warga tewas diterkam harimau sumatera di Riau
Baca juga: Pekerja asal Aceh tewas diterkam harimau di konsesi PT RIA di Inhil
Berita Lainnya
Lagi, karyawan perusahaan di Pelalawan diserang harimau
06 September 2022 11:15 WIB
Hasil penelusuran BBKSDA Riau, Indra diserang dua harimau hingga tewas
07 April 2022 14:51 WIB
KLHK beri 47 penghargaan terkait penanganan konflik harimau dengan manusia di Riau
17 July 2020 6:12 WIB
BBKSDA Riau pasang dua perangkap Harimau di Desa Tenggayun
13 July 2020 12:54 WIB
BBKSDA Riau turunkan tim ke lokasi warga diterkam Harimau Sumatera di Bengkalis
04 June 2020 18:41 WIB
BBKSDA Riau bersihkan jerat di lokasi konflik manusia dengan harimau di Pelalawan
17 February 2020 16:00 WIB
BBKSDA Riau tangani harimau sumatera serang ternak sapi, begini penjelasannya
04 February 2020 9:46 WIB
BBKSDA Riau duga korban terkaman harimau adalah pembalak liar, begini sebabnya
31 January 2020 16:05 WIB