Pekanbaru (ANTARA) - Sebanyak tiga orang yang meninggal akibat serangan harimau sumatera di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau selama tahun 2019.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA)Riau, Suharyono dalam pernyataan pers di Pekanbaru, Jumat, mengatakan perlu ada analisa komprehensif untuk mengatasi konflik harimau dengan manusia di daerah tersebut.
"Kita perlu melihatnya dari kacamata yang lebih luas karena memang itu (Pelangiran) rumah harimau," kata Suharyono.
Baca juga: Pekerja asal Aceh tewas diterkam harimau di konsesi PT RIA di Inhil
Pada Kamis (24/10) seorang pekerja bernama Wahyu Kurniadi asal Provinsi Aceh, meninggal dunia dalam kondisi mengenaskan setelah jadi korban penerkaman harimau sumatera (panthera tigris sumatrea)di konsesi PT Ria Indo Agropalma di Kecamatan Pelangiran.
Wahyu adalah korban ketiga pada tahun ini. Sebelumnya, harimau sumatera menyerang pekerja di konsesi PT Ria bernama M. Amri pada 23 Mei 2019. Korban diserang hingga tewas oleh satwa belang itu di Kanal Sekunder 41 PT Ria di Desa Tanjung Simpang Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Inhil.
Kemudian pada Agustus 2019, seorang warga asal Sumatera Selatan bernama Darwaman alias Nang (36) tewas akibat diterkam harimau sumatera liar di konsesi PT Bhara Induk, Kabupaten Inhil.
Baca juga: Aauum...Harimau berkeliaran dekat fasilitas Chevron saat Riau dilanda karhutla
Suharyono mengatakan pihaknya akan menganalisa apakah lokasi penyerangan ketiga korban tersebut berdekatan sehingga bisa diketahui individu harimau yang menyerang mereka. Perlu ada langkah-langkah perencanaan untuk mengatasi konflik tersebut, karena selama ini daerah tersebut memang menjadi kantong habitat harimau sumatera yakni Lanskap Kerumutan.
Daerah Pelangiran di Lanskap Kerumutan pada tahun 2018 juga mengakibatkan jatuh korban jiwa dua orang akibat serangan harimau liar yang diberi nama Bonita. Harimau tersebut didiagnosa mengalami kelainan karena lebih suka berkeliaran pada siang hari dan tidak takut oleh keramaian manusia. BBKSDA Riau menyatakan Bonita akhirnya bisa ditangkap dan sudah direlokasi dari kawasan tersebut.
"Lanskap Kerumutan memang salah satu kantong harimau di Riau," ujarnya.
Namun, untuk kasus pada tahun ini BBKSDA Riau menyatakan tidak akan melakukan evakuasi terhadap harimau di Lanskap Kerumutan. Dibutuhkan solusi yang bisa menyeimbangkan keberadaan harimau dihabitatnya, dan aktivitas manusia yang membuat permukiman dan perkebunan di kawasan itu.
"Tidak bijak kalau langsung evakuasi (harimau). Kita harus lihat dari kacamata yang lebih luas karena memang itu rumah harimau. Kemungkinan solusi ke depan harus lihat lebih bijak bagaimana harimau-harimau di wilayah tersebut," ujar Suharyono.
Baca juga: Soal penampakan Harimau di Siak, begini penjelasan Camat Kandis
Baca juga: Roaarr...Warga Sumsel tewas diterkam harimau di hutan Riau
Berita Lainnya
Harimau Sumatera muncul di perkebunan warga Desa Batang Duku Bengkalis
09 October 2024 13:53 WIB
BBKSDA Riau kosongkan lokasi harimau Sumatera menyerang manusia
20 August 2024 16:19 WIB
Pekerja bibit akasia di Pelalawan diduga dicakar harimau Sumatera
19 August 2024 14:01 WIB
Empat harimau Sumatera melintasi jalan tanah di Pelalawan viral
08 August 2024 11:02 WIB
Video harimau Sumatera di jalan viral, ini kata BBKSDA Riau
11 July 2024 17:07 WIB
"Kucing-kucingan" harimau sumatra itu berakhir masuk di kandang jebak
06 February 2024 15:07 WIB
Harimau sumatera tampakkan diri di Inhu
04 January 2024 13:23 WIB
BKSDA Jambi berhasil ungkap tiga kasus perdagangan kulit Harimau Sumatera
14 November 2023 12:48 WIB