Luas Karhutla Riau sejak Januari mencapai 3.147 hektare
Pekanbaru (ANTARA) - Satuan tugas kebakaran hutan dan lahan (Satgas Karhutla) mencatat luas lahan yang terbakar di Provinsi Riau sejak Januari 2019 mencapai 3.147 hektare.
Wakil Komandan Satgas Karhutla Provinsi Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Selasa, mengatakan hingga pekan terakhir Juni 2019 ini, terdata 12 kabupaten dan kota di Bumi Lancang Kuning tak luput dari bencana Karhutla.
"Kebakaran terluas terjadi di wilayah Bengkalis dengan total luas mencapai 1.426,84 hektare," kata Edwar yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau itu.
Pada 2019 ini, Bengkalis mengalami kebakaran cukup parah, terutama di Pulau Rupat. Di Pulau yang berada persis di bibir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan negara tetangga itu mengalami kebakaran sejak awal tahun. Kondisinya terus memburuk hingga bulan berikutnya hingga membuat Panglima TNI harus mengirimkan seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman.
Saat ini, Pulau Rupat cenderung stabil setelah kebakaran berhasil diatasi dengan baik. Meski begitu, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni hingga masyarakat masih tetap waspada mengantisipasi munculnya titik-titik api di wilayah itu.
Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rokan Hilir dengan luas kebakaran mencapai 485,25 hektare. Selanjutnya Siak 343,7 hektare, Dumai 264,75 hektare dan Meranti 232,7 hektare. Seluruh wilayah yang terbakar dengan luas cukup signifikan itu secara geografis terletak berdekatan dengan Bengkalis, atau sama-sama berada di wilayah pesisir Riau.
Pesisir Riau harus menghadapi cuaca yang lebih ekstrim dibandingkan dengan wilayah Riau lainnya karena sepanjang tahun ini dilanda musim kering dengan minim curah hujan.
Selanjutnya, Edwar turut mengatakan kebakaran juga terjadi di wilayah Pekanbaru 46,51 hektare, Kampar 64,1 hektare, Pelalawan 87 hektare dan Indragiri Hilir 118,6 hektare. "Di Indragiri Hulu kebakaran juga tercatat seluas 71,5 hektare, Kuansing 5 hektare, dan Rokan Hulu 2 hektare," ujarnya.
Edwar menjelaskan sejak awal tahun Satgas Karhutla terus siaga dan berupaya menekan angka Karhutla. Satgas juga diperkuat oleh BNPB dan KLHK yang mengerahkan helikopter pengebom air serta pesawat modifikasi cuaca. Upaya pencegahan dan penanggulangan turut melibatkan seluruh pihak, mulai pemerintah hingga dunia swasta.
"Kita berusaha maksimal dalam menanggulangi Karhutla sedini mungkin dengan kolaborasi dan kerjasama yang terus dijaga seluruh personel yang memperkuat Satgas," tuturnya.
Pemerintah Provinsi Riau telah mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019 mendatang.
Baca juga: (Vidiomakro) - Waspada, Karhutla di Riau muncul lagi
Baca juga: Satgas Karhutla Riau antisipasi kemunculan titik-titik panas
Wakil Komandan Satgas Karhutla Provinsi Riau, Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Selasa, mengatakan hingga pekan terakhir Juni 2019 ini, terdata 12 kabupaten dan kota di Bumi Lancang Kuning tak luput dari bencana Karhutla.
"Kebakaran terluas terjadi di wilayah Bengkalis dengan total luas mencapai 1.426,84 hektare," kata Edwar yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau itu.
Pada 2019 ini, Bengkalis mengalami kebakaran cukup parah, terutama di Pulau Rupat. Di Pulau yang berada persis di bibir Selat Malaka yang berbatasan langsung dengan negara tetangga itu mengalami kebakaran sejak awal tahun. Kondisinya terus memburuk hingga bulan berikutnya hingga membuat Panglima TNI harus mengirimkan seribuan anggota Komando Strategis Angkatan Darat untuk membantu pemadaman.
Saat ini, Pulau Rupat cenderung stabil setelah kebakaran berhasil diatasi dengan baik. Meski begitu, personel gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni hingga masyarakat masih tetap waspada mengantisipasi munculnya titik-titik api di wilayah itu.
Selain Bengkalis, kebakaran turut melanda wilayah Rokan Hilir dengan luas kebakaran mencapai 485,25 hektare. Selanjutnya Siak 343,7 hektare, Dumai 264,75 hektare dan Meranti 232,7 hektare. Seluruh wilayah yang terbakar dengan luas cukup signifikan itu secara geografis terletak berdekatan dengan Bengkalis, atau sama-sama berada di wilayah pesisir Riau.
Pesisir Riau harus menghadapi cuaca yang lebih ekstrim dibandingkan dengan wilayah Riau lainnya karena sepanjang tahun ini dilanda musim kering dengan minim curah hujan.
Selanjutnya, Edwar turut mengatakan kebakaran juga terjadi di wilayah Pekanbaru 46,51 hektare, Kampar 64,1 hektare, Pelalawan 87 hektare dan Indragiri Hilir 118,6 hektare. "Di Indragiri Hulu kebakaran juga tercatat seluas 71,5 hektare, Kuansing 5 hektare, dan Rokan Hulu 2 hektare," ujarnya.
Edwar menjelaskan sejak awal tahun Satgas Karhutla terus siaga dan berupaya menekan angka Karhutla. Satgas juga diperkuat oleh BNPB dan KLHK yang mengerahkan helikopter pengebom air serta pesawat modifikasi cuaca. Upaya pencegahan dan penanggulangan turut melibatkan seluruh pihak, mulai pemerintah hingga dunia swasta.
"Kita berusaha maksimal dalam menanggulangi Karhutla sedini mungkin dengan kolaborasi dan kerjasama yang terus dijaga seluruh personel yang memperkuat Satgas," tuturnya.
Pemerintah Provinsi Riau telah mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019 mendatang.
Baca juga: (Vidiomakro) - Waspada, Karhutla di Riau muncul lagi
Baca juga: Satgas Karhutla Riau antisipasi kemunculan titik-titik panas