BRG Akui Rupat Belum Masuk Program Kerja Pemulihan Gambut

id Gambut, Rupat, Kebakaran Lahan, Karhutla, BRG

BRG Akui Rupat Belum Masuk Program Kerja Pemulihan Gambut

Arsip foto. Semak belukar dan pepohonan akasia hangus terbakar di kawasan hutan konservasi, Medang Kampai, Dumai, Riau, Minggu (3/2/2019). Kebakaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di kawasan hutan konservasi itu sudah berlangsung selama tiga hari akibat cuaca panas dan diperkirakan kebakaran mencakup 10 hektare kawasan hutan itu. (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)

Pekanbaru,(Antaranews Riau) - Badan Restorasi Gambut (BRG) mengakui bahwa Pulau Rupat, Provinsi Riau yang saat ini mengalami kebakaran hebat hingga mencapai ratusan hektare tersebut belum masuk dalam wilayah intervensi pemulihan gambut.

"Sampai sekarang Pulau Rupat belum masuk peta kerja kita. Kita kerja (pembasahan dan pemulihan gambut) di Meranti, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Pelalawan dan lainnya. Rupat belum masuk," kata Kepala BRG Nazir Foead di Pekanbaru, Sabtu.

Pulau Rupat merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bengkalis. Sejak awal Februari 2019 ini, Pulau yang berada di bibir Selat Malaka itu terbakar hebat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat memperkirakan luas lahan yang terbakar mencapai lebih 200 hektare.

Baca juga: Riau Minta Bantuan BNPB untuk Cegah Karhutla, begini penjelasannya

Hingga hari ini, kebakaran di Pulau Rupat masih terus berlangsung. Tim gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, BPBD dan masyarakat terus berjibaku melakukan pemadaman.

Kebakaran lahan di Pulau Rupat berdampak pada kabut asap yang menyelimuti Kota Dumai medio Februari ini. Bahkan, Pemko Dumai sempat meliburkan siswa-siswi dari aktivitas belajar mengajar di sekolah karena kualitas udara yang memburuk.

Insiden kebakaran lahan di Rupat, berdasarkan catatan Antara juga pernah terjadi pada 2018, dan terus memburuk pada tahun ini.

Untuk itu, Nazir mengatakan bahwa BRG akan segera membahas upaya pembasahan dan pemulihan gambut bersama masyarakat dan pemerintah daerah di Pulau Rupat pada tahun ini.

"Kita akan bahas nanti dengan Pemerintah Daerah, kabupaten dan kecamatan," ujarnya.

Baca juga: Moeldoko Dukung Agrowisata Sekat Kanal Bandar Sungai, Siak

Secara umum, BRG sepanjang 2017 dan 2018 telah membangun sebanyak 725 sumur bor dan 1.126 sekat kanal di kawasan gambut rusak untuk menjaga jenis tanah organik itu tetap basah.

Pada 2019 ini, Nazir mengemukakan akan kembali membangun 450 unit sumur bor, 331 sekat kanal, dua embung dan program revitalisasi paket ekonomi desa sebanyak 47 paket.

"Pada 2019 ini di Riau akan bangun sumur bor 450 unit, sekat kanal 331 unit, dan dua embung. Disamping itu juga ada program revitalisasi ekonomi 47 paket," ujarnya.

Baca juga: BRG Ungkap Dugaan Kebakaran Lahan Perusahaan Sawit Riau