Dumai, 8/7 (ANTARA) - Ketua Organisasi Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Dewan Pimpinan Kota (DPK) Pekanbaru Haryani menilai kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) akan melemahkan kemampuan ekonomi rakyat kecil.
"Untuk itu pemerintah sebaiknya mempertimbangkan dan mengkajinya kembali," kata Haryani yang dihubungi ANTARA dari Kota Dumai, Riau, Kamis.
Haryani menjelaskan, walau kenaikan TDL hanya diberlakukan untuk pelanggan dengan daya dan beban listrik yang relatif besar, namun hal itu akan memberi dampak terhadap harga sejumlah bahan kebutuhan pokok masyarakat terutama sayuran dan lainya.
"Seperti yang kita alami sekarang, harga cabai mencapai Rp70.000/kilogram, sayur-sayuran lainnya membumbung dengan harga yang jauh lebih mahal, serta berbagai alat-alat dapur dan perangkat memasak yang perlahan naik, itu semua bukan hanya disebabkan bulan Ramadhan yang sudah dekat, tapi juga imbas dari kenaikan TDL," paparnya.
Kondisi ini menurut Haryani sangat memberatkan rakyat terutama masyarakat dengan ekonomi lemah, dan juga bisa menambah jumlah pengangguran karena diprediksi akan banyak perusahaan yang akan menciutkan pengeluaran bahkan terancam tutup apabila pengaruh kenaikan harga TDL sangat merugikan perusahaan tersebut.
Sebelumnya, berdasarkan keputusan yang sudah disepakati pemerintah dan dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Pemerintah menaikkan TDL sepuluh persen dan sudah diberlakukan sejak 1 Juli 2010 lalu.
Namun untuk pelanggan dengan daya 450 VA hingga 900 VA tidak mengalami kenaikan karena digolongkan sebagai pelanggan kelas menengah kebawah.
Sementara untuk pelanggan 6600 VA ke atas dengan golongan penggunaan daya rumah tangga, bisnis, dan pemerintah, dengan batas hemat 30 persen tidak naik karena tarif listriknya sudah mencapai keekonomian.