Pekanbaru, (Antarariau.com) - Pemerintah Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, mencari calon investor yang sudah berpengalaman untuk mengelola potensi wisata Danau Khayangan yang selama ini terbengkalai.
"Pesan dari Wali Kota Pekanbaru inginnya investor yang sudah berpengalaman dalam mengelola tempat wisata, bukan semata orang punya uang banyak lalu kita kasih izinnya," kata Sekretaris Dinas Parwisata dan Kebudayaan Kota Pekanbaru, Adriansyah Yayan, kepada Antara di Pekanbaru, Jumat.
Danau Khayangan di Kecamatan Rumbai memiliki luas sekitar 16 hektare. Kawasan itu sudah cukup lama dijadikan tempat wisata oleh Pemko Pekanbaru dengan membangun sejumlah fasilitas pada 2014.
Namun, karena belum dikelola secara profesional, potensinya jadi terbuang sia-sia dan fasilitas yang ada kini rusak. Yayan mengatakan, Pemko Pekanbaru pada 2017 seharusnya mendapatkan bantuan anggaran yang cukup besar berupa Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementerian Pariwisata.
Namun, rencana itu batal sehingga rencana revitalisasi Danau Khayangan batal. "DAK tahun 2017 batal karena tidak bisa digunakan untuk merehabilitasi fasilitas yang ada," ujarnya.
Ia menjelaskan, pemerintah setempat sudah memiliki rencana untuk merevitalisasi Danau Khayangan. "Kita sudah menghitung-hitung investasi yang dibutuhkan untuk mempercantik Danau Khayangan dananya sekitar Rp60 miliar," katanya.
Kebutuhan dana yang besar itu tidak bisa dicukupi oleh pemerintah daerah sendirian. Meski sudah ditetapkan sebagai objek wisata, namun Pemko Pekanbaru belum menetapkan retribusi di tempat itu sehingga belum menghasilkan pemasukan untuk kas daerah.
"Sekarang ini sudah ada dua calon investor dalam negeri dan infonya dua calon investor lainnya ada dari Malaysia. Tapi kita belum mengambil keputusan," ujarnya.
Seorang warga Pekanbaru, Anda Serenade (25), mengatakan revitalisasi Danau Khayangan perlu memberi rasa nyaman, aman dan menghibung bagi wisatawan yang berkunjung. Ia mengeluhkan banyaknya sampah dan pungutan liar (pungli) di tempat itu.
"Saya pernah melakukan sesi foto untuk 'pre-wedding' di sana, dan dimintai Rp100 ribu katanya untuk uang kebersihan, padahal disekitarnya saja banyak sampah," kata Anda yang beprofesi sebagai fotografer.
Erfan Setiawan, yang juga warga, juga mengeluhkan pungli pada tarif masuk kawasan itu. "Tarif resmi yang tertera Rp5.000 tapi ketika masuk kita dimintai Rp15.000 per kendaraan. Hal ini yang bikin wisatawan malas datang lagi," ujarnya.