Peneliti Ungkap, Konsumsi Makanan Tinggi Gula Saat Hamil Ganggu Metabolisme

id peneliti ungkap konsumsi makanan tinggi gula saat hamil ganggu metabolisme

Peneliti Ungkap, Konsumsi Makanan Tinggi Gula Saat Hamil Ganggu Metabolisme

London (Antarariau.com) - Mengkonsumsi makanan yang mengandung gula tinggi dan lemak tinggi selama kehamilan mengganggu proses metabolis di dalam tubuh, demikian studi dari University of Cambridge, Inggris.

Kondisi tersebut mungkin "memprogram" ibu dan bayinya yang belum dilahirkan berpotensi komplikasi kesehatan dalam hidup mereka di masa mendatang, ungkap riset tersebut, yang dikutip kantor berita Xinhua China.

Studi itu, yang dilakukan oleh satu tim dari Universitas Cambridge, memperoleh hasil setelah menganalisis tikus hamil yang diberi makanan yang berisi banyak lemak dan gula.

Para peneliti mendapati bahwa konsumsi lemak dan gula secara berlebihan merusak toleransi glukosa ibu dan kepekanaannya terhadap insulin, yaitu hormon yang mengendalikan tingkat gula darah.

Dampak itu mungkin mengubah disposisi ibu untuk terserang komplikasi kesehatan setelah melahirkan, dan membuatnya menghadapi risiko lebih besar untuk terserang penyakit gula (diabetes) tipe 2, kegemukan, gangguan jantung dan pembuluh darah dalam hidupnya nanti, catat para peneliti Universitas Cambridge.

Sementara itu, mereka juga mencatat bahwa penyimpangan pada metabolisme ibu merusak aliran gizi ke janin.

Hasil studi tersebut juga menunjukkan bahwa makanan yang mendorong kegemukan memiliki konsekuensi bagi perkembangan janin.

Selain itu, studi itu juga menjelaskan mengapa bayi dari ibu yang gemuk atau mengkonsumsi makanan yang menyebabkan orang jadi gemuk selama kehamilan memiliki kecenderungan untuk menghadapi kondisi sejenis, seperti kegemukan, tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2 saat mereka dewasa.

"Kami mengetahui bahwa kegemukan selama hamil adalah faktor risiko bagi komplikasi kesehatan bagi ibu dan bayinya selama dan setelah kehamilan. Studi ini menawarkan pemahaman mengenai mekanisme yang beroperasi selama kehamilan yang mungkin mengakibatkan ini," kata penulis utama studi itu Dr. Amanda Sferruzzi-Perri dari University of Cambridge.