Pekanbaru, (Antarariau.com) - Dinas Kesehatan Provinsi Riau, kini menggiatkan pengendalian hepatitis virus A,B,C,D dan E apalagi virusnya telah mengakibatkan 600.000 orang meninggal di dunia setiap tahun.
"Pengidap virus mematikan ini terjadi akibat peradangan hati yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus, automimune dan alkohol," kata Provinsi Riau, Andra Sjafril, dalam keterangannya di Pekanbaru, Rabu.
Menurut dia, Provinsi Riau termasuk salah satu daerah yang harus melaksanakan pengendalian hepatitis mulai 2016 dan baru satu kota yang melaksanakan pengendalian hepatitis virus itu yakni Kota Dumai.
Ia mengatakan, pengendalian hepatitis virus di kabupaten lainnya perlu dikembangkan melalui upaya-upaya antara lain peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam deteksi dini hepatitis, promosi kesehatan, pemberian imunisasi, surveilans hepatitis, pengendalian faktor resiko, tatalaksana kasus dapat berjalan dengan baik sesuai dengan harapan.
"Pengembangan cakupan daerah dalam program pengendalian tersebut diperlukan sehingga akselerasi pengendalian hepatitis di Provinsi Riau dapat tercapai,"katanya.
Ia menjelaskan, hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus, automimune dan alkohol. Penyakit ini terdiri dari Hepatitis A dan E, yang ditularkan secara oral, bersifat akut dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Hepatitis B, C, dan D, katanya, ditularkan secara parenteral, bersifat kronis. Khusus hepatitis B dan C dapat menimbulkan peradangan hati, yang dilanjutkan menjadi sirosis atau kanker hati.
"Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Di dunia, Virus Hepatitis B (VHB) telah menginfeksi sebanyak 2 miliar orang, 240 juta diantaranya mengidap VHB kronik. 600.000 orang meninggal dunia setiap tahun,"katanya.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), berdasarkan Prevalensi HbsAg, endemisitas hepatitis suatu wilayah atau negara dapat dikategorikan rendah (<2 persen), sedang rendah (2-4 persen), sedang tinggi (5-7 persen) dan tinggi 8 persen. Hasil riset yang dilakukan, berdasarkan endemisitas Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas tinggi (khususnya Hepatitis B), terbesar kedua di Asia-Pacifik setelah Myanmar.
Diperkirakan sebanyak 28 juta orang terinfeksi hepatitis B dan C. 14 juta diantaranya berpotensi menjadi kronik, 1,4 juta diantara yang kronik tersebut, berpotensi untuk menjadi sirosis dan kanker hati
Berita Lainnya
Tiap hari, lima pasien COVID-19 meninggal di Sumbar
11 October 2020 12:11 WIB
Pekanbaru catat peningkatan kasus TB sebanyak 13.360 orang selama 2021
09 February 2022 6:45 WIB
Riau nihil kasus COVID-19 di awal tahun
03 January 2022 0:52 WIB
Pekanbaru belum lakukan vaksinasi anak usia 6-11 tahun, ini alasannya
06 November 2021 7:24 WIB
Enam Puskesmas di Inhil akan lakukan reakreditasi di tahun ini
28 January 2020 15:29 WIB
Tahun 2011 Riau KLB DBD, Dinkes: Waspadai Siklus 5 Tahunan
02 February 2016 17:07 WIB
Forikan Riau giatkan gerakan makan ikan cegah stunting
19 October 2023 20:11 WIB
BKKBN Riau-Provinsi Sumut kolaborasi giatkan pelayanan KB di wilayah perbatasan
13 June 2023 20:11 WIB