Menciptakan wisata di Sleman, Yogyakrta yang aman dan mengutamakan keselamatan

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, wisata

Menciptakan wisata di Sleman, Yogyakrta yang aman dan mengutamakan keselamatan

Wisatawan menggunakan jasa Jeep Lava Tour Merapi di kawasan Kalikuning, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Minggu (12/1/2025). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc)

Sleman (ANTARA) - Musibah tenggelamnya sejumlah siswa SMPN 7 Mojokerto, Jawa Timur, saat mengikuti kegiatan outing class dengan berwisata di Pantai Drini, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa waktu lalu menyisakan goresan luka di dunia pariwisata di wilayah DIY.

Musibah yang terjadi pada Selasa 28 Januari 2025 tersebut mengakibatkan 13 siswa yang terjebak dalam arus air laut yang kuat dan berbahaya yang mengalir menjauhi pantai dan turut tenggelam bersama arus air menuju laut.

Dalam kejadian itu, sembilan anak yang berusia belasan tahun tersebut berhasil diselamatkan, sedangkan empat siswa ditemukan dalam keadaan henti napas dan henti nadi.

Peristiwa kelam yang terjadi pada saat Matahari baru saja terbit tersebut menjadi catatan duka dunia pariwisata dan juga dunia pendidikan.

Buntut dari peristiwa tersebut muncul banyak sekali reaksi-reaksi dari masyarakat luas, mulai dari isu keamanan di objek wisata, hingga evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan outing class ataupun study tour untuk siswa-siswa sekolah, hingga usulan untuk menghapus atau meniadakan kegiatan outing class.

Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi pemangku kepentingan dan pelaku wisata dan jasa pariwisata untuk dapat menciptakan objek wisata yang aman dan mengutamakan keselamatan wisatawan.

Komitmen Kabupaten Sleman

Upaya untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keselamatan wisatawan terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Sleman, baik melalui Dinas Pariwisata Sleman maupun pemangku kepentingan lainnya dalam sektor pariwisata.

Di wilayah Kabupaten Sleman terdapat sejumlah objek wisata unggulan yang menjadi favorit wisatawan, baik itu wisata alaman maupun buatan. Salah satu tujuan wisata yang banyak diminati wisatawan saat berkunjung ke Sleman adalah kawasan lereng Gunung Merapi.

Di kawasan lereng gunung teraktif di dunia ini terdapat wisata lava tour atau menyusuri wilayah-wilayah yang terdampak erupsi Gunung Merapi pada 2010, dengan menggunakan kendaraan jip wisata.

Meski sangat mengasyikkan dan menyenangkan bagi wisatawan, namun wisata ini juga memiliki potensi bahaya, seperti status aktivitas vulkanis Gunung Merapi yang saat ini pada level dua atau siaga yang masih cukup sering terjadi guguran awan panas dari puncak, kemudian potensi terjadinya banjir lahar hujan serta potensi permasalahan dalam perlengkapan keselamatan kendaraan jip wisata lava tour.

Menyikapi hal itu Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman tidak henti-hentinya mengingatkan pengelola dan pelaku wisata untuk mengutamakan keamanan, kenyamanan, dan keselamatan.

Kepala Bidang Pemasaran Disnas Pariwisata Sleman Kus Endarto menyebut bahwa sosialisasi tersebut merupakan salah satu upaya mitigasi bencana dan potensi bahaya di objek wisata.

Upaya yang dilakukan Dinas Pariwisata Sleman, di antaranya sosialisasi intensif kepada pengelola objek wisata dan desa wisata, melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh Bidang SDM Dispar Sleman serta menjalin kerja sama yang lebih baik dengan BPBD Kabupaten Sleman, BPPTKG, BMKG, serta pelaku usaha pariwisata.

Dinas Pariwisata Sleman juga beberapa kali melakukan pelatihan mitigasi bencana dan pemetaan potensi bencana dan bahaya di objek wisata kepada pengelola dan pelaku wisata.

Sementara dari sisi kelayakan armada jip wisata, Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman juga melakukan pembinaan, pelatihan, dan pembekalan kepada operator atau pengemudi jip wisata melalui kelompok-kelompok jasa jip wisata.

Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman Arip Pramana menyebut pihaknya juga melakukan uji kelayakan kendaraan(ramchek) secara berkala terhadap jip wisata di daerah itu.

Dinas Perhubungan juga melakukan pemeriksaan kelengkapan pendukung keamanan lainnya, seperti pengemudi harus sudah memiliki SIM dan perlengkapan lain, seperti helm pengaman bagi pengemudi dan penumpangnya.

Upaya dan kesiapan ini tentunya sebagai salah satu langkah untuk memastikan keselamatan dan keamanan wisatawan.

Pelatihan mitigasi

Adanya potensi bahaya dan bencana pada objek wisata, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman memandang sangat perlu dilakukan pelatihan atau pembinaan mitigasi bencana bagi para pelaku perjalanan pariwisata, terutama tour leader guna menciptakan wisata aman yang mengutamakan keselamatan.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman Makwan menyebut pelatihan dan pembinaan mitigasi bencana atau pemahaman potensi bahaya di objek wisata bagi para pelaku perjalanan wisata, khususnya pimpinan rombongan wisata ini, agar dapat menciptakan wisata aman yang mengutamakan keselamatan.

Melalui pelatihan ini, maka menjelang keberangkatan rombongan wisatawan ke tujuan wisata dapat diberikan pemahaman terkait potensi bencana maupun bahaya yang dapat mengancam keselamatan di objek wisata. Karena bencana atau musibah dapat terjadi dimanapun, dan kapanpun.

Dengan pemahaman yang diberikan, kejadian bencana atau musibah yang menimbulkan jatuh korban dapat diantisipasi sejak awal dan dapat meminimalisir jatuhnya korban.

BPBD Kabupaten Sleman juga siap untuk memberikan pelatihan atau pembinaan mitigasi bencana bagi para pelaku perjalanan wisata ini. Hanya saja BPBD Sleman kesulitan untuk menghubungi para pelaku jasa perjalanan wisata.

Sementara untuk pelaku jasa pariwisata atau pengelola objek wisata, selama ini BPBD Sleman sudah berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dan telah beberapa kali melakukan pelatihan mitigasi bencana.

Pihaknya, kini merancang pelatihan untuk pelaku perjalanan wisata. Pelatihan ini dinilai penting karena mereka yang mengawal rombongan wisata sejak awal keberangkatan.

Dengan adanya pelatihan, maka peran tour leader dapat memberikan pemahaman kepada anggota rombongan terkait bagaimana menjaga diri saat tiba di tujuan wisata, bagaimana mematuhi aturan atau imbauan, terutama terkait potensi bahaya.

Dengan pemahaman ini diharapkan peserta wisata dapat lebih peduli dengan keselamatan diri, tidak melanggar aturan dan imbauan yang ada di objek wisata dan bersama-sama mewujudkan wisata aman.

Sosialisasi wisata aman

Terkait dengan adanya imbauan dari beberapa kepala daerah untuk sementara menghentikan kegiatan outing clas atau study tour bagi sekolah-sekolah, Dispar Sleman terus berupaya meyakinkan ke masyarakat bahwa objek wisata di daerah itu aman dan banyak wahana yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas pendidikan.

Banyak objek wisata yang dapat menjadi tujuan untuk menambah pengetahuan siswa, seperti objek wisata sejarah budaya, yakni Candi Prambanan dan candi-candi lain yang banyak terdapat di Sleman. Kemudian, ada Museum Jogja Kembali, Museum Dirgantara Mandala TNI AU, Museum Gunungapi Merapi, dan lainnya.

Di Sleman juga terdapat beberapa desa wisata yang berbasis budaya, pertanian, perikanan, dan kearifan lokal lainnya. Di desa wisata ini banyak pengetahuan dan pengalaman menarik yang bisa didapatkan para siswa.

Untuk menyosialisasikan keamanan di objek wisata di Sleman tersebut, pada 24 hingga 26 Februari 2025, Dispar Sleman akan melaksanakan travel dialog/table top ke Karawang dan Cirebon di Jawa Barat.

Dalam kegiatan itu, Dinas Pariwisata Sleman akan mengundang sekitar 100 kepala SMA/SMK, dan SMP, dan agen travel yang ada di dua lokasi tersebut.

Dispar Sleman juga mengajak pelaku wisata, seperti hotel, resto, toko oleh-oleh, dan objek wisata, dengan harapan semua informasi bisa dibagikan langsung kepada mereka.

Salah satu tujuan kegiatan itu, selain memberi informasi lengkap terkait pariwisata yang ada di DIY, khususnya Sleman, juga mengenai keamanan objek wisata.