Harga Cabai di Pekanbaru Turun Akibat Pasokan Berlimpah

id harga cabai, di pekanbaru, turun akibat, pasokan berlimpah

Harga Cabai di Pekanbaru Turun Akibat Pasokan Berlimpah

Pekanbaru, (Antarariau.com) - Harga cabai merah di pasar-pasar tradisional di Kota Pekanbaru, Riau, kembali turun menjadi Rp15 ribu per kilogram setelah sebelumnya sempat melambung hingga menjangkau harga Rp32 ribu per kg setelah banyaknya pasokan ke pasar-pasar.

"Saat ini cabai yang paling banyak di pasar cabai merah Bukittinggi," kata Anwar (37), pedagang sayuran di pasar tradisional Kodim di Jalan Ahmad Yani, Pekanbaru saat ditemui Antara, Kamis.

Ia mengatakan, cabai asal Bukittinggi, Sumatera Barat merupakan cabai dengan kualitas terbaik yang selalu diburu kaum ibu-ibu rumah tangga karena rasanya yang lebih pedas.

Biasanya, lanjut kata dia, harganya selalu lebih mahal dibandingkan dengan cabai-cabai asal daerah lainnya seperti cabai Medan dan bahkan cabai impor.

"Karena harganya relatif sama, kami lebih banyak menjual cabai asal Bukittinggi yang lebih diminati," kata dia lagi.

Anton (33), pedagang sayuran lainnya di Pasar Kodim mengatakan, penurunan harga cabai tersebut terjadi sejak pertengahan Juni 2014.

"Waktu awaal Mei hingga memasuki Juni (2014), harganya sempat terus melambung sampai di angka Rp32 ribu per kilo," katanya.

Dia mengakui, ketika itu harga cabai merah mengalami kenaikan karena minimnya pasokan.

"Tapi sekarang pasokan justru berlimpah dan harganya malah turun menjadi Rp15 ribu per kilo," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pekanbaru, El Syabrina mengatakan, naik turun harga bahan kebutuhan pokok termasuk sayuran atau cabai memang terjadi secara tidak disangka-sangka.

"Kalau panen petani lagi baik, maka akan menghasilkan dan harganya lebih murah. Begitu juga sebaliknya, ketika ada gangguan pada masa panen yang mengurangi hasil, maka harga bisa saja melambung," kata dia.

Penurunan harga cabai merah misalnya, menurut dia adalah hal yang wajar terjadi ketika penati mengalami panen besar, hanya saja kejadiannya bertepatan dengan Ramdhan sehingga menjadi tidak lazim.