Jakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang, Jawa Barat meminta masyarakat tidak menyalakan api di sekitar titik semburan atau gelembung air berwarna hitam di Sungai Citarum segmen Batujaya-Pakisjaya.
"Kami sudah menyampaikan kepada pihak kecamatan agar masyarakat tidak menyalakan api di sekitar titik bekas semburan air berwarna hitam di Sungai Citarum segmen Batujaya-Pakisjaya, karena berbahaya," kata Kepala DLHK Karawang, Iwan Ridwan, di Karawang, Sabtu.
Ia mengatakan, semburan air berwarna hitam pekat yang muncul di Sungai Citarum segmen Batujaya-Pakisjaya sempat viral di media sosial, dan itu merupakan fenomena alam.
"Berdasarkan keterangan geolog dari Institut Teknologi Bandung (ITB), semburan dari aliran sungai itu diduga merupakan lumpur blow up. Ini fenomena alam yang diakibatkan oleh tekanan gas bumi," katanya.
Iwan mengingatkan kepada masyarakat yang dekat dengan fenomena tersebut agar tidak menyalakan api.
Ia menyebutkan bahwa fenomena alam tersebut dipastikan bukan merupakan pencemaran limbah. Karena di sekitar lokasi kejadian tidak ada pabrik ataupun industri.
Atas kejadian itu, DLHK Karawang segera bersurat ke Badan Geologi Kementerian ESDM dan ke Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG guna memastikan penyebab fenomena semburan air berwarna hitam di Sungai Citarum segmen Batujaya-Pakisjaya itu.
Sementara Kabid Penaatan dan Pengendalian Lingkungan (PPL) DLHK Karawang, Melly, menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan verifikasi lapangan ke Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan Desa Telukbuyung Kecamatan Pakisjaya.
"Kami langsung terjun ke titik kejadian untuk melakukan verifikasi lapangan terkait munculnya gelembung udara di Sungai Citarum segmen Batujaya-Pakisjaya," katanya.
Berdasarkan fakta dan temuan di lapangan, gelembung udara yang berasal dari dasar sungai itu muncul di beberapa titik pada 14-16 September 2024.
"Terjadinya kemunculan gelembung udara dari dasar Sungai Citarum itu, terjadi di beberapa titik, mulai dari Desa Segaran Kecamatan Batujaya dan Desa Telukbuyung Kecamatan Pakisjaya, yang berjarak sekitar 3 kilometer," katanya.
Melly menuturkan, menurut keterangan warga, gelembung udara yang keluar dari dasar sungai membawa lumpur berwarna hitam, mengeluarkan bau menyengat, menimbulkan arus/gelombang air dan membentuk lingkaran hitam dengan diameter bervariasi antara 1-8 meter.
"Hal ini tergantung dari kedalaman sungai dan kekuatan gelembung udara, bahkan ada yang mancur ke atas permukaan air, yang terlihat oleh warga yang tinggal di bantaran sungai tetapi tidak sempat merekam karena ada rasa takut," kata Melly.
Ia mengatakan, durasi waktu munculnya gelembung udara bervariasi, mulai dari 30 menit, satu jam bahkan ada yang sampai seharian.
"Untuk mengetahui secara jelas penyebab fenomena alam lumpur blow up ini, kami bersurat untuk meminta penelitian lebih lanjut ke Badan Geologi Kementerian ESDM dan ke Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG," katanya.
Baca juga: DLH DKI manfaatkan botol plastik bekas jadi perahu untuk sambut Hari Sungai
Baca juga: DLHK Riau bagi-bagi 10 ribu bibit pohon di Siak
Berita Lainnya
Menag akan batasi perjalanan dinas seluruh jajarannya
15 November 2024 17:12 WIB
PLN dorong mahasiswa perguruan tinggi di Riau berinovasi kembangkan teknologi kendaraan listrik
15 November 2024 16:49 WIB
Rasa autentik rempah khas Indonesia di Vientiane, Laos
15 November 2024 16:15 WIB
Presiden Prabowo sampaikan tekad Indonesia lakukan hilirisasi sumber daya
15 November 2024 15:25 WIB
Reses DPD RI ke Riau, harapkan BRK Syariah terus berkontribusi bagi masyarakat
15 November 2024 14:58 WIB
Erupsi Gunung Lewotobi, 29.323 penumpang di Soetta batal terbang
15 November 2024 14:42 WIB
PPN 12 persen, ekonom minta pemerintah agar buat kebijakan pro daya beli
15 November 2024 14:16 WIB
Dekranasda Riau gelar lomba motif tenun dan batik khas Riau, ini pesan Zuliana Rahman Hadi
15 November 2024 14:10 WIB