Petani sawit mandiri minim manfaatkan biomassa sawit untuk pupuk

id biomassa, pupuk

Petani sawit mandiri minim manfaatkan biomassa sawit untuk pupuk

Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Provinsi Riau tahun 2023 tercatat seluas 5.797,15 Hektare atau menjadi PSR terluas di bandingkan daerah lain di Indonesia. (ANTARA/dok)

Pekanbaru (ANTARA) - Data Ditjenbuntahun 2022, menunjukkan luas areal kelapa sawit pada tahun 2022 adalah 15,38 juta Ha dengan produksi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sekitar 47 juta ton. Berdasarkan analisis data proyeksi pada tahun 2050 akan dihasilkan biomassa TKKS sekitar 103 juta ton. Oleh sebab itu biomassa TKKS yang sangat melimpah perlu diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.

Biomassa TKKS dihasilkan pada proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO. Jumlah biomassa TKKS yang dihasilkan pada proses pengolahan sekitar 21% dari berat buah segar yang diolah.

"Saat ini pemanfaatan biomassa TKKS baik oleh Pabrik Kelapa Sawit ataupun oleh petani sawit Masyarakat masih sangat terbatas, padahal potensinya besar mencapai 20 persen," kata Prof. Dr. Erliza Hambaliyang merupakan Kepala Divisi Teknologi Proses, Program Studi Teknik Industri Pertanian, IPB University pada acara Workshop Karbonisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya sebagai Soil Conditioner untuk Meningkatkan Kesuburan Tanah dan Efisiensi Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit di Pekanbaru, Selasa.

Erliza mengatakan kalaupun dimanfaatkan ini masih sebatas kalangan tertentu, sementara petani masyarakat mandiri masih minim. Bahkan pemanfaatan biomassa TKKS secara komersial saat ini masih terbatas untuk kompos, mulsa, pengerasan jalan-jalan di perkebunan. Sebagian besar biomassa TKKS masih ditimbun (open dumping) atau dibakar di incinerator. Oleh sebab itu perlu dicari alternatif pemanfaatan yang lebih bernilai tambah tinggi.

Salah satu pemanfaatan biomassa TKKS yang bernilai tambah adalah dengan mengolahnya melalui proses karbonisasi dan memanfaatkannya sebagai Soil Conditioner untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan pada perkebunan kelapa sawit.

Berdasarkan hasil analisis budidaya perkebunan kelapa sawit, sekitar 80% biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah biaya pemupukan tanaman sawit. Saat ini hampir 100% pupuk yang digunakan untuk perkebunan kelapa sawit adalah pupuk kimia. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia pada perkebunan kelapa sawit.

Penggunaan pupuk kimia di perkebunan kelapa sawit selain harganya yang mahal, kadang-kadang juga terbatas ketersediaanya dan juga dapat berdampak negatif pada kesuburan tanah di lahan perkebunan kelapa sawit.

"Kunci keberhasilan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah kegiatan pemupukan. Pemupukan merupakan proses yang membutuhkan biaya yang terbesar yang harus dikeluarkan dalam kegiatan budidaya perkebunan kelapa sawit," sebutnya.

Pada tanaman sawit kebutuhan pupuk untuk setiap umur tanaman sawit berbeda-beda. Kelompok tanaman menghasilkan (TM) memerlukan dosis pupuk sekitar 2-4 kg/pohon dengan jumlah pemupukan 2 kali dalam 1 tahun. Bila diasumsikan 1 ha kebun sawit dengan jumlah tanaman 143 pohon/Ha dengan kebutuhan pupuk sekitar 858 kg/Ha/tahun.

Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 adalah 15,38 juta ha, maka kebutuhan pupuk untuk perkebunan sawit Indonesia diperkirakan sekitar 13 juta ton/tahun.