Sekjen PBB Antonio Guterres sebut banyaknya korban sipil indikasi operasi Israel salah

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara

Sekjen PBB Antonio Guterres sebut banyaknya korban sipil indikasi operasi Israel salah

Seorang anak perempuan tampak dilarikan ke RS Indonesia di Gaza untuk mendapatkan pertolongan medis, Sabtu (6/11/2023). (ANTARA/HO-MER-C.)

Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan banyaknya warga sipil yang terbunuh di Jalur Gaza menunjukkan bahwa ada sesuatu yang "jelas salah" dengan operasi militer Israel terhadap Hamas.

"Ada pelanggaran yang dilakukan Hamas ketika mereka memiliki perisai manusia. Namun ketika kita melihat jumlah warga sipil yang terbunuh dalam operasi militer, ada sesuatu yang jelas salah,” kata Guterres pada Rabu dalam acara konferensi Reuters NEXT.

Pejabat Palestina mengatakan sebanyak 10.569 orang kini telah terbunuh di Gaza, 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

"Penting juga untuk membuat Israel memahami bahwa itu bertentangan dengan kepentingan Israel jika setiap hari melihat gambaran buruk tentang kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar bagi rakyat Palestina. Itu tidak membantu Israel dalam kaitannya dengan opini masyarakat global," kata Guterres.

Meski mengecam keras serangan Hamas terhadap Israel, Guterres mengatakan bahwa "kita perlu membedakannya - Hamas adalah satu hal, dan rakyat Palestina adalah hal lain. Jika kita tidak membuat perbedaan, saya pikir kemanusiaan itu sendiri yang akan kehilangan maknanya".

Guterres membandingkan jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dengan jumlah korban konflik di seluruh dunia yang ia laporkan setiap tahun kepada Dewan Keamanan PBB.

Pada Senin, Sekjen PBB mengatakan Gaza menjadi “kuburan bagi anak-anak".

"Sedangkan dalam beberapa hari ini kita melihat ribuan anak-anak terbunuh di Gaza, yang berarti ada sesuatu yang salah dalam cara operasi militer yang dilakukan,” lanjutnya.

Laporan PBB mengenai anak-anak dan konflik bersenjata memuat daftar yang dimaksudkan untuk mempermalukan pihak-pihak yang berkonflik dengan harapan mendorong mereka untuk menerapkan sejumlah langkah untuk melindungi anak-anak.

Hal ini telah lama menjadi kontroversi, dan para diplomat mengatakan Israel telah memberikan tekanan dalam beberapa tahun terakhir dalam upaya agar negara Zionis tersebut tidak dimasukkan dalam daftar yang mempermalukan tersebut.

Pada Juni, Guterres menambahkan angkatan bersenjata Rusia ke dalam daftar pelaku pelanggaran setelah PBB memverifikasi bahwa mereka membunuh 136 anak-anak di Ukraina pada tahun 2022.

Laporan berikutnya akan dirilis pada pertengahan 2024.

Guterres menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai “bencana besar”, serta Sekjen PBB telah mendorong gencatan senjata kemanusiaan untuk memungkinkan akses bantuan ke Gaza. Dia juga mengatakan 92 orang yang bekerja di badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA) telah terbunuh.

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menolak pernyataan Guterres dan mengatakan jumlah korban yang disebutkan kementerian kesehatan di Gaza tidak dapat dipercaya karena Israel, menurut dia, berupaya untuk meminimalkan korban warga sipil dan menuding bahwa Hamas yang menargetkan warga sipil.

Baca juga: PP Muhammadiyah minta PBB hentikan standar ganda soal perang yang terjadi di Palestina

Baca juga: Konflik Gaza jadi fokus China selama menjabat sebagai ketua Dewan Keamanan PBB

Sumber: Reuters