Pekanbaru (ANTARA) - Sejak beberapa minggu terakhir Kota Pekanbaru mengalami perubahan cuaca ekstrem, yakni musim kemarau dengan suhu menyengat.
Perubahan cuaca yang tidak menentu sering terjadi secara tiba-tiba dari kemarau kemudian menjadi hujan lebat disertai angin kencang.
Hal ini tentunya membawa dampak bagi pertanian dan perkebunan masyarakat.
Jemu, seorang petani sayuran di Jalan Kartama mengaku terkena dampak akibat perubahan cuaca ekstrem tersebut sehingga tidak jarang ia mengalami kerugian.
"Kalau hujan lebat sayuran akan hanyut, biasanya sehari dapat 1000 ikat jadinya cuma 500 ikat," akunya saat ditemui, Senin.
Tidak hanya itu, saat musim kemarau tiba juga membutuhkan lebih banyak air untuk menyiram tanaman dan mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli minyak di mesin penyiram tanaman.
"Minyak mahal buat nyiram tanaman, harga pupuk juga naik. Kadang tidak laku," ujarnya.
Sementara itu, harga sayuran mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir karena mengikuti harga pasar.
Untuk kangkung dijual dengan harga Rp600 per ikatnya, sedangkan bayam Rp500 per ikatnya. Ia juga menanam sayuran lain seperti pakcoy, sawi dan selada.
Berita Lainnya
Waspadai ancaman kemarau di Pekanbaru
21 September 2023 14:20 WIB
Kemarau panjang intai Riau 2020 mendatang
14 December 2019 13:51 WIB
Waduh, Pekanbaru diliputi kabut asap berbau menyengat
25 July 2019 9:32 WIB
Kemarau Melanda, Harga Sayur Di Pekanbaru Melonjak
26 August 2016 15:57 WIB
Pekanbaru Hujan Lebat Setelah Sebulan Kemarau
02 March 2014 21:06 WIB
ICDX dan Bappebti sosialisasikan bursa CPO ke petani sawit di Pekanbaru
29 May 2024 12:33 WIB
Perahu bocor, petani sawit di Rohil tewas tenggelam
14 March 2023 11:04 WIB
Tiga hari hilang, petani tenggelam di Rohul ditemukan tewas
19 October 2022 11:28 WIB