Tokyo (ANTARA) - Harga minyak relatif stabil di awal perdagangan Asia pada Kamis, karena prospek pasokan yang lebih ketat terkait pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia dan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan diimbangi oleh kecemasan atas pemulihan permintaan yang lamban di China.
Minyak mentah berjangka Brent melemah 2 sen menjadi diperdagangkan di 76,63 dolar AS per barel pada pukul 00.38 GMT setelah naik 0,5 persen pada hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 11 sen atau 0,2 persen menjadi diperdagangkan 71,90 dolar AS per barel, setelah ditutup 2,9 persen lebih tinggi dalam perdagangan pasca-liburan pada Rabu (4/7/2023) untuk mengejar kenaikan Brent di awal pekan.
"Pengumuman pembatasan pasokan Saudi dan ekspektasi untuk kemungkinan pengurangan lebih lanjut mendukung harga minyak," kata Tatsufumi Okoshi, ekonom senior di Nomura Securities, menambahkan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan juga mendukung sentimen.
"Tetap saja, pergerakan naik tampaknya terbatas karena ketidakpastian laju pertumbuhan ekonomi China dan pemulihan permintaan bahan bakar," katanya, memprediksi WTI akan tetap berada di kisaran 65 dolar AS hingga 75 dolar AS per barel ke depan, dikutip dari Reuters.
Stok minyak mentah AS turun sekitar 4,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 30 Juni, sementara persediaan bensin dan sulingan naik, menurut sumber pasar mengutip angka American Petroleum Institute (API). Para analis memperkirakan penurunan persediaan minyak mentah sekitar 1 juta barel dalam jajak pendapat Reuters.
Data pemerintah tentang persediaan AS akan dirilis pada Kamis pukul 11.00 waktu setempat (15.00 GMT).
Pada Rabu (5/7/2023), Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa kerja sama minyak Rusia-Saudi masih kuat sebagai bagian dari aliansi OPEC+, yang akan melakukan "apa pun yang diperlukan" untuk mendukung pasar.
Harga minyak diperdagangkan di sekitar tertinggi dua minggu, tetapi turun 10 persen sepanjang tahun ini sebagian besar karena kekhawatiran permintaan atas lambatnya pemulihan ekonomi China setelah pencabutan pembatasan pandemi, di atas hambatan ekonomi makro global dan kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral.
Lebih lanjut membebani prospek permintaan, aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam lima bulan pada Juni, sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada Rabu (5/7/2023), karena melemahnya permintaan membebani momentum pemulihan pasca-pandemi.
Baca juga: Khawatir perlambatan ekonomi global, harga minyak merosot di awal sesi Asia
Baca juga: Harga minyak naik di tengah dukungan berkelanjutan stok AS yang "bullish"
Berita Lainnya
PPN 12 persen, kebijakan paket stimulus dan dampak terhadap ekonomi
19 December 2024 15:53 WIB
Pertamina Patra Niaga siap lanjutkan program BBM Satu Harga di 2025
19 December 2024 15:47 WIB
BNPT-PBNU sepakat terus perkuat nilai Pancasila cegah ideologi radikalisme
19 December 2024 15:38 WIB
Maskapai Garuda Indonesia tambah pesawat dukung operasional di liburan
19 December 2024 15:19 WIB
Kemenekraf berkolaborasi untuk bantu promosikan produk kreatif
19 December 2024 14:52 WIB
Mengapa tidur menggunakan lensa kontak dapat bahayakan mata, begini penjelasannya
19 December 2024 13:25 WIB
Erick Thohir beberkan hasil transformasi sepak bola Indonesia ke FIFA
19 December 2024 13:18 WIB
Mendikdasmen dorong agar kegiatan pembelajaran tak terbatas di sekolah
19 December 2024 13:00 WIB