Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Jumat sore, tetapi berada di jalur untuk kenaikan mingguan karena optimisme baru pada pemulihan permintaan China mengalahkan kekhawatiran resesi yang disebabkan oleh meningkatnya persediaan minyak mentah di AS dan pengetatan kebijakan moneter di Eropa.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 18 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 84,57 dolar AS per barel pada pukul 07.39 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan pada 78,00 dolar AS per barel.
Kemunduran harga minyak terjadi karena inflasi zona euro turun kurang dari yang diperkirakan bulan lalu, yang mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Sentral Eropa (ECB).
Presiden ECB Christine Lagard mengkonfirmasi pada Kamis (2/3/2023) bahwa bank sentral masih berupaya untuk menaikkan suku bunga setengah persentase poin pada 16 Maret. Pasar juga memperkirakan kenaikan 50 basis poin lainnya pada Mei.
Brent telah naik sekitar 1,7 persen sejauh minggu ini, di jalur untuk kenaikan minggu kedua berturut-turut, sementara WTI telah melonjak sekitar 2,2 persen, rebound dari penurunan kecil minggu sebelumnya di tengah harapan pertumbuhan yang kuat dalam permintaan bahan bakar di China, importir minyak terbesar dunia.
"Tanda-tanda positif dari sisi permintaan telah meningkatkan sentimen pasar, memungkinkan minyak menahan tekanan dari dolar yang kuat menyusul data tenaga kerja AS yang solid," kata analis dari Haitong Futures, dikutip dari Reuters.
Indeks dolar sedikit lebih rendah pada Jumat setelah melonjak 0,5 persen sehari sebelumnya, karena data menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun lagi minggu lalu.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di China, aktivitas di sektor jasa-jasa berkembang dengan laju tercepat dalam enam bulan pada Februari karena penghapusan pembatasan ketat COVID-19 menghidupkan kembali permintaan pelanggan, sebuah survei sektor swasta menunjukkan pada Jumat.
Aktivitas manufaktur di China juga tumbuh bulan lalu, dengan laju tercepat dalam lebih dari satu dekade, memperkuat ekspektasi pemulihan permintaan bahan bakar. Impor minyak Rusia melalui laut oleh China akan mencapai rekor tertinggi bulan ini.
Pengimpor minyak utama dunia menjadi semakin ambisius dengan target pertumbuhan 2023, berpotensi mencapai setinggi 6,0 persen untuk meningkatkan kepercayaan investor dan konsumen serta membangun pemulihan pasca-pandemi yang menjanjikan, sumber yang terlibat dalam diskusi kebijakan mengatakan kepada Reuters minggu ini.
Pasar juga mengabaikan peningkatan stok minyak mentah selama 10 minggu berturut-turut di Amerika Serikat, karena rekor ekspor minyak mentah AS mempertahankan peningkatan yang lebih kecil daripada beberapa minggu terakhir.
Rencana Rusia untuk memperdalam pemotongan ekspor minyak pada Maret hingga 25 persen dari tingkat Februari, juga membantu menopang harga minyak.
"Pertumbuhan pasokan moderat dari AS, penurunan pasokan Rusia dan permintaan yang kuat akan membuka jalan bagi harga minyak yang lebih tinggi di paruh kedua 2023," tulis Daniel Hynes dan Soni Kumari, analis dari ANZ pada Jumat.
Baca juga: Harga minyak menguat di perdagangan Asia didukung lonjakan data manufaktur China
Baca juga: Harga minyak menguat di Asia ditopang harapan pertumbuhan China