Melbourne (ANTARA) - Harga minyak naik di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin yang membuat dolar lebih rendah.
Minyak mentah berjangka Brent terangkat 56 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 83,40 dolar AS per barel pada pukul 01.28 GMT.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 65 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan pada 77,05 dolar AS per barel.
Federal Reserve menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2/2023), namun terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempuran berkelanjutan melawan inflasi.
"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata bank sentral AS dalam sebuah pernyataan yang menandai pengakuan eksplisit atas kemajuan yang dibuat dalam menurunkan laju kenaikan harga dari level tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.
Greenback yang lebih lemah membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga meningkatkan permintaan.
Dolar AS terakhir turun 0,3 persen di awal sesi terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya menjadi 101,15.
Harga minyak juga naik dengan latar belakang larangan atas produk olahan Rusia oleh Uni Eropa mulai 5 Februari.
Negara-negara Uni Eropa akan mencari kesepakatan pada Jumat (3/2/2023) atas proposal Komisi Eropa untuk menetapkan batas harga pada produk minyak Rusia, setelah menunda keputusan pada Rabu (1/2/2023) di tengah perpecahan antara negara-negara anggota, kata para diplomat.
Komisi Eropa minggu lalu mengusulkan bahwa mulai 5 Februari Uni Eropa menerapkan batas harga 100 dolar AS per barel untuk produk minyak premium Rusia seperti solar dan batas 45 dolar AS per barel untuk produk diskon seperti bahan bakar minyak.
Baca juga: Harga minyak naik di awal Asia, karena khawatir resesi AS reda, dolar turun
Baca juga: Harga minyak turun tertekan kekhawatiran kenaikan suku bunga, ekspor Rusia