Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyebutkan rasio kapitalisasi pasar modal Indonesia hanya 48 persen, yang menggambarkan ukuran sektor keuangan domestik terhadap perekonomian masih relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
"Negara-negara di sekitar kita yang lebih maju seperti Malaysia, Thailand, atau Singapura, mereka bisa memiliki rasio kapitalisasi pasar modal hingga mencapai mendekati 100 persen," ungkap Menkeu Sri Mulyani dalam acara "LIKE IT : Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments" yang dipantau secara daring di Jakarta, Jumat.
Oleh karena itu ia menilai Indonesia memiliki peluang untuk terus meningkatkan peranan pasar modal sebagai salah satu sektor keuangan yang bisa menjadi perantara yang baik dan produktif.
Tak hanya dari segi kapitalisasi pasar modal, Sri Mulyani melihat terdapat tantangan sektor keuangan Indonesia lainnya, seperti masih berorientasi kepada akumulasi dana bersifat jangka pendek.
Kondisi tersebut tentunya sangat menyulitkan pada saat kebutuhan pembangunan atau kebutuhan perekonomian yang sering membutuhkan sumber dana jangka panjang, misalnya untuk pembangunan infrastruktur.
"Pembangunan infrastruktur biasanya membutuhkan dana yang sangat besar dan kemampuan untuk mengembalikannya juga membutuhkan jangka waktu yang panjang. Katakanlah 20 tahun, bahkan bisa 30 tahun ," jelas Sri Mulyani.
Maka dari itu, Bendahara Negara ini berpendapat kemampuan sektor keuangan di Tanah Air untuk mampu memupuk dana jangka panjang menjadi sangat penting, apalagi saat ini sektor keuangan Indonesia masih didominasi oleh sektor perbankan.
Tercatat 80 persen dari aset sektor keuangan adalah di sektor perbankan dan mayoritas dalam bentuk deposito yang merupakan simpanan berjangka pendek atau di bawah 5 tahun. Sementara sektor yang mampu mengakumulasi dana jangka panjang seperti industri asuransi serta dana pensiun kontribusinya hanya 14 persen.
Dengan demikian, kata dia, hal tersebut menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk terus mampu membangun sektor keuangan yang mampu mengumpulkan dan memobilisasi dana dalam jangka panjang yang kuat serta kredibel.
"Tentu ini merupakan sebuah pekerjaan rumah yang sangat tidak mudah, apalagi masyarakat masih perlu untuk dibangun, tidak hanya literasinya, tetapi juga kepercayaan dan keyakinannya terhadap sistem keuangan, instrumen keuangan, dan lembaga-lembaga keuangan," ungkap Sri Mulyani.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani: Keketuaan RI di ASEAN momentum turunkan tensi politik dunia
Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi nasional tumbuh 5,44 persen tempatkan RI di posisi baik