Pekanbaru (ANTARA) - Saat ini banyak sekolah Islam terpadu bermunculan di berbagai kota di Indonesia, termasuk di Pekanbaru. Mereka berlomba-lomba menggaet konsumen yang berharap anaknya dididik secara islami di sekolah tersebut.
Semakin mahalnya fasilitas yang biasanya juga ditunjang gedung mewah, membuat biaya pendidikan di sekolah Islam Terpadu itu kian mahal. Kantong saku pun dibuat seolah tak berujung.
Namun, apakah benar sekolah Islam Terpadu itu dijalankan dengan cara-cara islami? Khususnya dalam menjaring dana dari orangtua siswa.
Pada umumnya, sekolah Islam Terpadu ini sudah mulai membuka pendaftaran jauh beberapa bulan sebelum tahun ajaran baru. Iming-iming diskon besar pun ditampilkan jika calon mendaftar jauh-jauh bulan sebelumnya.
Ada dugaan, uang pendaftaran dari masyarakat yang jumlahnya ratusan juta bahkan miliaran rupiah itu diendapkan dulu di bank untuk mendapatkan bunga sekian persen. Apakah memang begini cara-cara mendapatkan keuntungan di sekolah yang mendidik murid-muridnya secara islami?
Itu baru satu contoh. Baru-baru ini, ada wali murid di salah satu sekolah Islam Terpadu terkemuka di Kota Pekanbaru mengeluhkan tingginya iuran bulanan meski di masa pandemi COVID-19.
Selama pandemi COVID-19, murid tidak sekolah tatap muka, hanya belajar daring di rumah. Otomatis para murid tidak makan siang di sekolah. Namun di sekolah Islam Terpadu itu tetap ditarik biaya bulanan yang sama seperti sebelum pandemi. Masih ada biaya makan!
Padahal selama pandemi, para siswa tidak mendapatkan makan minum dari sekolah, tapi kenapa iuran bulanannya tetap sama seperti sebelum pandemi dimana siswa mendapat jatah makan siang? Bisa jadi ongkos makan siang itu untuk para hantu penunggu di sekolah. Hihihi...
Terus selama sekitar dua tahun ini, uang makan yang tergabung dalam iuran bulanan itu lari ke mana? Uang makan itu nyaris tak dipakai tapi tetap ditarik. Kasus ini sebenarnya tidak banyak, hanya di sekolah tertentu saja. Namun ini sangat disayangkan karena dilakukan di sekolah yang katanya islami. Wali murid sudah protes tapi tidak mendapatkan jawaban memuaskan.
Selain itu, memasuki tahun ajaran baru di beberapa sekolah Islam Terpadu juga tetap ditarik dana kegiatan tahunan, seperti untuk perpisahan, kegiatan di luar dan sejenisnya.
Seperti kita ketahui, selama dua tahun ini, nyaris tidak diperbolehkan menggelar kegiatan bersifat mengumpulkan massa. Lantas, untuk apa dana kegiatan tahunan itu? Lagi-lagi, hantu penunggu sekolah diduga yang mengikuti kegiatan luar sekolah.
Adalah hal yang mulia mendidik anak secara islami, namun jika caranya dilakukan secara tidak mulia akan mencederai prosesnya.
Perlu direnungkan lagi, apakah mendirikan sekolah Islam Terpadu hanyalah sebatas kedok untuk berbisnis mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Mari kita renungkan kembali, jangan terbuai bujukan hantu penunggu sekolah.
Berita Lainnya
Menteri Kebudayaan Fadli Zon upayakan pencak silat masuk kurikulum sekolah
13 December 2024 14:18 WIB
Polisi kunjungi sekolah di Rupat
10 December 2024 12:07 WIB
Komisi X harap alumni Sekolah Unggulan bisa menjadi talenta masa depan RI
05 December 2024 16:32 WIB
Summarecon bangun sekolah sekolah terpadu trilingual berbasis budi pekerti
02 December 2024 11:40 WIB
Gibran minta sistem zonasi sekolah dihilangkan
23 November 2024 7:17 WIB
Satlantas Polres Bengkalis edukasi pelajar tentang keselamatan berlalulintas
19 November 2024 14:33 WIB
DPR harap Kemendikdasmen punya anggaran untuk bangun sekolah darurat
18 November 2024 16:56 WIB
Sebanyak 74 sekolah di Riau matangkan persiapan ikuti kompetisi stem 2024
16 November 2024 19:49 WIB