Torehan prestasi yang membanggakan untuk Ibu Pertiwi iringi peringatan Haornas

id Berita hari ini, berita riau terbaru, berita riau antara, Haornas

Torehan prestasi yang membanggakan untuk Ibu Pertiwi iringi peringatan Haornas

Ilustrasi - torehan prestasi untuk Ibu Pertiwi (ANTARA/Juns)

Jakarta (ANTARA) - Pesta olahraga multievent dunia Tokyo Games 2020 telah usai digelar. kontingen Indonesia mencatatkan prestasi pada Olimpiade, dan menorehkan catatan membanggakan pada Paralimpiade, yang baru saja berakhir pada akhir pekan lalu.

Tak tanggung-tanggung, tim Merah Putih Paralimpiade mengakhiri "puasa" medali emas selama 41 tahun. Tidak hanya itu, perolehan medali pada edisi ini menjadi yang terbanyak sepanjang partisipasi Indonesia dalam ajang olahraga untuk atlet penyandang disabilitas tersebut.

Dua event tersebut secara kebetulan diadakan pada waktu yang berdekatan dengan dua momentum penting di Indonesia. Medali yang berhasil diraih para atlet di Olimpiade, yang digelar 23 Juli hingga 8 Agustus, menjadi kado ulang tahun Republik Indonesia.

Sementara, torehan prestasi dari atlet Paralimpiade, yang berlangsung pada 24 Agustus hingga 5 September, seolah menjadi persembahan untuk peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) yang diperingati setiap tanggal 9 September.

Padahal, Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, yang telah ditunda selama setahun, diselenggarakan di tengah pandemi COVID-19, yang sudah pasti membatasi aktivitas para atlet dalam mempersiapkan diri untuk berlaga di dua perhelatan akbar tersebut.

Namun, para atlet berusaha sekuat tenaga berjuang untuk membanggakan nama Ibu Pertiwi.

Medali untuk negeri

Medali pertama, baik dari ajang Olimpiade maupun Paralimpiade, datang dari lifter putri Indonesia.

Adalah Windy Cantika Aisah penyumbang medali perunggu pada Olimpiade. Sementara, Ni Nengah Widiasih, atau yang akrab disapa Widi, membawa pulang medali perak pertama dari Paralimpiade.

Baca juga: Sambut Haornas, KONI Bengkalis MoU dengan lima perguruan tinggi

Windy yang turun di kelas 49kg angkat besi berhasil menempati posisi ketiga tertinggi di Olimpiade Tokyo setelah mencatatkan total angkatan 194kg.

Sekitar satu bulan berselang, Widi, yang turun di kelas 41kg angkat berat, berhasil berada di peringkat kedua tertinggi di Paralimpiade Tokyo setelah membukukan angkatan 98kg. Catatan tersebut menjadi rekor terbaiknya dalam kariernya sebagai atlet para-powerlifiting kelas 41kg.

Lifter Indonesia kembali menambah catatan medali di ajang Olimpiade Tokyo. Kali ini giliran Eko Yuli Irawan yang finis di posisi ke-2 kelas 61kg putra.

Baca juga: Pandemi belum terakhir, berikut ide-ide untuk tetap bugar selama di WFH

Tiga hari setelah Eko menggondol perak, lifter Rahmat Erwin Abdullah menyumbangkan medali perunggu untuk Merah Putih dalam cabang angkat besi kelas 73kg setelah mencatatkan total angkatan 342kg.

Medali keempat dan kelima bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo datang lewat perjuangan pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan tunggal putra Anthony Ginting.

Catatan manis diukir Greysia/Apriyani dalam pertandingan final bulu tangkis ganda putri dengan mempersembahkan medali emas pertama bagi Indonesia, sekaligus tercatat sebagai ganda putri pertama yang meraih medali emas di ajang Olimpiade.

Baca juga: 5.000 karateka pecahkan rekor MURI

Cabang olahraga bulu tangkis juga sukses menyumbang medali setelah Ginting memenangi laga penentuan perunggu. Hasil ini juga menjadi torehan prestasi tertinggi bagi Ginting dalam karier bulu tangkisnya saat debut di Olimpiade.

Sementara kontingen Olimpiade mampu membawa pulang lima medali, kontingen Paralimpiade berhasil mencatatkan lebih banyak torehan prestasi dengan total sembilan medali, melampaui target yang telah ditetapkan.

Setelah lifter Widi, pelari Sapto Yogo Purnomo meraih medali perunggu nomor lari 100 meter Paralimpiade Tokyo. Prestasi tersebut diikuti oleh David Jacobs yang juga menyumbang perunggu pada cabang olahraga para-tenis meja kelas 10 perorangan putra.

Baca juga: Kampar Gelar Tiga Iven Sambut Haornas

Para-bulutangkis, yang untuk pertama kalinya dipertandingkan di Olimpiade, menjadi cabang olahraga yang paling banyak menyumbangkan medali.

Fredy Setiawan memenangi perunggu untuk nomor tunggal putra SL4, sementara Suryo Nugroho dan Dheva Anrimusthi masing-masing meraih perunggu dan perak untuk nomor yang sama, tunggal putra SU5.

Leani Ratri Oktila membawa kemanangan di tiga nomor sekaligus. Dia berhasil finis di posisi kedua untuk nomor tunggal putri SL4, yang berarti menyumbang perak Indonesia.

Leani bersama rekannya Khalimatus Sadiyah berhasil menyabet emas untuk nomor ganda putri SL3-SU5. Dia bersama Harry Susanto juga kembali mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya setelah menjuarai laga final ganda campuran SL3-SU5.