Sampah wadah makanan menumpuk di Taiwan selama pemberlakuan "lockdown"

id Berita hari ini,berita riau terbaru, berita riau antara,Taiwan

Sampah wadah makanan menumpuk di Taiwan selama pemberlakuan "lockdown"

Tentara menyemprotkan disinfektan di distrik Wanhua, daerah yang memiliki salah satu kasus COVID-19 terbanyak di Taipei, Taiwan, Minggu (16/5/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Ann Wang/rwa.)

Taipei (ANTARA) - Taiwan telah dibanjiri sampah akibat meningkatnya pengiriman makanan dan paket belanja daring selama pembatasan pergerakan masyarakat.

Kondisi tersebut telah mengancam berbagai upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi konsumsi plastik sekali-pakai.

Taiwan tengah menghadapi lonjakan kasus COVID-19 sejak April setelah berbulan-bulan mencatat sedikit kasus. Sejak pertengahan Mei, penguncian diberlakukan dengan beragam aturan, termasuk membatasi pertemuan pribadi dan makan di restoran.

Baca juga: Taiwan ingin "secara bertahap" bergerak menuju perjanjian dagang bebas dengan AS

Li Yu-huei, kepala bagian daur ulang di Departemen Perlindungan Lingkungan Taipei, mengatakan bahwa jumlah sampah wadah sekali-pakai di Ibu Kota Taipei antara Januari dan Mei meningkat 85 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada Mei saja, Taipei memproduksi sampah yang bisa didaur ulang sebanyak 10,79 ton dibandingkan 7,05 ton pada tahun sebelumnya, menurut data departemen tersebut.

Kebanyakan sampah itu berupa alat makan sekali-pakai dari kertas dan plastik, dan itu membuat risau para pecinta lingkungan.

"Kita tak bisa kembali memakai alat makan sekali-pakai setiap kali ada lonjakan kasus," kata Tang An, juru kampanye Greenpeace Taiwan.

Baca juga: Taiwan laporkan kasus domestik pertama dari varian Delta COVID

"Ini berarti bahwa semua usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi sampah plastik akan sia-sia."

New Taipei, kotamadya yang mengelilingi Taipei, mencatat kenaikan 50 persen pada volume sampah yang bisa didaur ulang pada Mei dibanding tahun lalu, kata Tang.

Sementara alat makan sekali-pakai dan barang-barang plastik dilarang di semua pujasera dan toko swalayan, sebagian besar restoran dan toko minuman, yang juga menjadi sumber terbesar plastik sekali-pakai, dikecualikan dari kebijakan.

Mereka juga termasuk pelaku bisnis yang mencatat peningkatan order pengiriman terbesar selama penguncian.

Juru masak Pan Yen-ming di restoran Korea An-Nyeong di Taipei mengatakan bahwa dia menghabiskan 20.000 dolar Taiwan (sekitar Rp10,3 juta) untuk membeli alat makan sekali-pakai pada Juni. Pengeluaran tersebut menambah biaya bahan bakunya hingga sebanyak 14 persen.

"Saya harus mengakui bahwa saya memilih tutup mata tentang hal ini, saya harus mengalihkan tanggung jawab sosial ini ke orang lain, berpura-pura tidak tahu," kata dia.

"Kalau kita tidak mengemas makanan dengan cantik, tak ada orang yang memperhatikan kita."

Baca juga: Taiwan nyatakan sedang dalam pembicaraan untuk mendapat vaksin COVID-19 dari AS

Sumber: Reuters