Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global yang tercatat sebesar 55,8 dan Indonesia 54,6 pada April 2021 mencerminkan perbaikan nyata pada kondisi bisnis.
"Angka PMI tersebut mencerminkan perbaikan nyata pada kondisi bisnis, seiring dengan lonjakan permintaan baru dan kembalinya bisnis baru dari luar negeri," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Menperin Agus Gumiwang sebut PMI manufaktur tertinggi indikasi ekonomi bakal cepat pulih
PMI Global meningkat didorong oleh pertumbuhan di sisi new orders, new export business, dan employment dengan Eropa dan AS yang mencatatkan kinerja manufaktur sangat kuat yang didorong pertumbuhan pesanan baru seiring kenaikan permintaan.
PMI manufaktur AS sebesar 60,5 mencatatkan angka tertinggi sejak Mei 2007 sedangkan manufaktur negara lain di benua Amerika seperti Kanada 57,2 dan Brazil 52,3 masih berada dalam tren ekspansif, meski turun dibandingkan bulan sebelumnya.
Untuk China 51,9, Jepang 53,6, dan India 55,5 juga berhasil mempertahankan tren positif didukung pertumbuhan pada tingkat permintaan.
Dari sisi regional, ASEAN menunjukkan performa manufaktur yang bervariasi yaitu Indonesia dan Malaysia 53,9 berada pada zona ekspansif, tetapi Filipina 49,0 kembali ke zona kontraksi akibat eskalasi COVID-19 yang memicu pengetatan restriksi.
Secara global, efek gangguan supply chain masih dirasakan yaitu tekanan inflasi atas bahan baku masih tinggi dan menambah beban biaya produksi.
"Namun tingginya optimisme bisnis di tengah percepatan vaksinasi diharapkan mempercepat pengendalian pandemi serta mendongkrak pemulihan permintaan global," katanya.
Sementara PMI Manufaktur Indonesia yang tercatat pada angka 54,6 pada April 2021 menunjukkan terjadinya ekspansi selama enam bulan berturut-turut yaitu adanya kenaikan output, permintaan baru, pembelian, serta permintaan ekspor yang kembali tumbuh.
Menurut Febrio, dengan bisnis baru yang mengalami ekspansi tajam maka perusahaan manufaktur juga menaikkan volume produksi sehingga diharapkan dapat meningkatkan tenaga kerja baru secara umum.
Di sisi lain, volume produksi yang semakin tinggi menimbulkan permintaan input yang lebih tinggi maka dengan pasokan yang relatif terbatas akan menyebabkan peningkatan harga input yang berpengaruh pada harga jual kepada konsumen selama enam bulan terakhir.
Meski demikian Febrio mengatakan produsen di Indonesia masih sangat optimis produksi akan terus menguat didorong adanya harapan pandemi COVID-19 akan berakhir pada tahun mendatang.
"Pemerintah perlu menjaga momentum pemulihan dengan tetap menjaga daya beli masyarakat dan berkomitmen untuk melanjutkan dukungan terhadap pelaku usaha," tegasnya.
Baca juga: Relawan Peduli COVID-19 Riau target 3000 kantong darah
Baca juga: PMI lakukan penyemprotan disinfektan di daerah yang terdampak banjir
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB