London (ANTARA) - Nilai sistem uji dan pelacakan COVID-19 Inggris belum terbukti karena hanya ada sedikit bukti tentang keefektifannya secara keseluruhan, kata Komite Akun Publik parlemen Inggris pada Rabu, seraya mengecam biaya yang "tak terbayangkan" dari program itu.
Jumlah besar yang dihabiskan untuk pengujian dan sistem pelacakan Inggris dan dampaknya yang terbatas telah menuai kritik, dengan politisi oposisi menyerukan agar sistem itu dijalankan oleh layanan kesehatan yang dikelola negara.
Baca juga: Mantap, Auckland bebas dari penguncian virus corona dalam sepekan
Komite Akun Publik mengatakan bahwa (sistem) Uji dan Lacak telah menelan biaya 23 miliar pound (Rp460 triliun) sejauh ini, tetapi belum mencapai tujuan utama untuk menghindari siklus penguncian nasional.
"Meskipun sumber daya yang tak terbayangkan dilemparkan pada proyek ini, Uji dan Lacak tidak dapat menunjukkan perbedaan terukur terhadap kemajuan pandemi," kata ketua komite, anggota parlemen dari Partai Buruh yang beroposisi, Meg Hillier.
"Janji yang membenarkan pengeluaran besar ini - menghindari penguncian lagi telah dilanggar, dua kali. "
Laporan komite mengatakan bahwa Uji dan Lacak terlalu bergantung pada kontraktor yang mahal. Konsultan yang mengerjakan sistem itu menghabiskan biaya 1.000 pound ( Rp20 juta) sehari.
Perdana Menteri Boris Johnson tahun lalu menjanjikan sistem pengujian dan pelacakan yang mengatasi (problem) dunia sebagai bagian dari jalan keluar dari pandemi, meskipun perhatian kini telah dialihkan ke peluncuran vaksin.
Dia telah menyusun rencana untuk rute yang hati-hati tetapi tidak dapat diubah dari penguncian nasional ketiga yang dimulai pada 5 Januari, berdasarkan tujuan untuk memberi semua orang dosis pertama vaksin COVID-19 pada akhir Juli, serta pengujian yang lebih teratur.
Penasihat ilmiah tahun lalu mengatakan sistem Uji dan Lacak tidak secara signifikan mengurangi penyebaran virus corona. Inggris kemudian memasuki karantina wilayah kedua di musim gugur.
Ditanya tentang dampak sistem itu saat ini, Kepala Penasihat Ilmiah Patrick Vallance pada Selasa mengatakan bahwa sistem pengujian itu saat ini baik, dan meskipun program pengujian dan penelusuran bekerja kurang baik ketika tingkat infeksi tinggi, sistem itu akan menjadi semakin penting di bulan-bulan mendatang.
Baca juga: Menkes Paraguay Mazzoleni nyatakan mundur terkait penanganan COVID-19
Baca juga: WHO ingatkan kepada semua negara: Jangan kendur perangi COVID
Sumber: Reuters
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Berita Lainnya
UNIFIL berduka atas tewasnya petugas penjaga perdamaian akibat tabrakan di Lebanon
16 November 2024 16:25 WIB
Indonesia mulai integrasikan bioenergi dan CCS guna kurangi emisi karbon
16 November 2024 16:10 WIB
Presiden China Xi Jinping ajak anggota APEC promosikan ekonomi inklusif
16 November 2024 15:57 WIB
Mike Tyson kalah dari Paul Jake dalam pertarungan selama delapan ronde
16 November 2024 15:49 WIB
BPBD DKI sebut genangan banjir rob di Jakarta Utara mulai berangsur turun
16 November 2024 15:25 WIB
Ketua MPR Ahmad Muzani lelang 1 ton sapi untuk disumbangkan korban Gunung Lewotobi
16 November 2024 15:10 WIB
Presiden Prabowo: APEC harus jadi model solidaritas dan kolaborasi Asia Pasifik
16 November 2024 14:49 WIB
Nelayan di Flores Timur NTT mulai lakukan aktivitas memancing
16 November 2024 14:01 WIB