Pekanbaru (ANTARA) - Bertepatan dengan hari guru nasional yang jatuh setiap tanggal 25 November, Tanoto Foundation menyelenggarakan Tanoto Facilitator Gathering (TFG) 2020.
Acara yang didedikasikan untuk fasilitator Tanoto Foundation tersebut dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 19, dan 24-25 November. Sebanyak 1000 guru, kepala sekolah, pengawas dan dosen hadir secara virtual.
“Hari kedua ini Tanoto Foundation menghadirkan narasumber seperti CEO General Electric, Dr. Handry Satriago. Kemudian ada Ketua Dewan TIK Nasional, Dr. Ir. Ing. Ilham A. Habibie,” ujar Margaretha Ari Widowati, Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation, Rabu, (25/11/2020).
Selain itu hadir secara virtual, Dirjen GTK Kemendikbud, Dr. Iwan Syahril Ph.D, dan Dirjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Prof.Dr. M. Ali Ramdhani.
"Juga ada komika Kiky Saputri yang siap menghibur bapak ibu fasilitator,” tambahnya.
Kisah Handry Satriago
Narasumber pertama, Handry Satriago, CEO General Electric Indonesia. Handry yang punya keterbatasan di kedua kakinya ternyata mampu melangkah jauh dari apa yang sanggup dibayangkan orang.
Ia mampu mengatasi kekurangan tersebut dengan kelebihan yang dia miliki.
Pada usia 17 tahun, Handry didiagnosis mengidap kanker kelenjar getah bening di tulang belakangnya. Ia menyangka bila dirinya akan terus duduk di kursi roda..
"Itu seperti merenggut masa depanku," ungkap Handry
Namun, semangat hidup dan dukungan lingkungan yang kuat mampu mengalahkan banyak persoalan yang dihadapi Handry.
Kecintaannya terhadap dunia pendidikan, membuatnya terus memberikan motivasi kepada para guru di Indonesia.
“Penting para guru diberikan motivasi, agar mereka tidak mudah menyerah,” ujarnya.
Guru yang baik adalah guru yang bisa membuat siswanya bertanya
Berkat pengalamannya tersebut, Handry mengingatkan guru untuk terus semangat. Jangan pernah lelah untuk belajar.
“Great leader orang yang terus belajar. Never stop learning,” paparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Handry mengatakan bahwa belajar bisa dari mana saja, bisa dari alam, teman, sahabat.
“Ketika mindset ini saya ubah jadi pembelajaran, sehingga saya harus memiliki keberanian untuk memimpin sekitar 8 ribu orang, yang 35% nya adalah orang asing,” katanya.
Handry menambahkan guru jangan pernah berhenti untuk terus berinovasi, karena hal tersebut akan berimbas dengan cara mengajarnya di depan siswa.
”Karena guru yang baik tersebut mampu mendorong siswa untuk terus bertanya dan menggali suatu informasi,” katanya.
Perubahan Mindset
Kuncinya adalah proses pembelajaran, “Termasuk saya jadi CEO juga proses pembelajaran, kita gagal boleh, tetapi harus punya mindset bahwa ini proses pembelajaran,”
Pria yang diangkat menjadi CEO umur 40 tahun tersebut mengatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang bisa membuat siswanya bertanya-tanya.
“Buatlah siswa bertanya-tanya sama gurunya, ko bisa seperti ini, bagaimana terjadinya proses itu. Jadikan mereka memiliki keinginan untuk terus menggali informasi,” katanya.
Pada kesempatan tersebut, Handry Satriago memberikan motivasi kepada para fasilitator untuk tidak menyerah.
“Jangan pernah menyerah, kalau menyerah semua pintu akan tertutup dan teruslah semangat. Berkontribusilah untuk kemajuan pendidikan Indonesia,” pungkasnya.