TNTN persiapkan protokol kesehatan COVID-19 untuk pembukaan kembali, begini penjelasannya
Pekanbaru (ANTARA) - Balai Taman Nasional Teso Nilo (TNTN) di Provinsi Riau terus menyempurnakan penerapan protokol kesehatan COVID-19 sebagai persiapan pembukaan kembali kawasan konservasi tersebut untuk publik di tengah pandemi.
“Kamibelum akan buka kembali sebelum benar-benar protokol kesehatan disiapkan,” kata Kepala Balai TNTN, Halasan Tulus, dalam pernyataan pers di Pekanbaru, Senin.
Balai TNTN sempat melakukan simulasi penerapan protokol kesehatan COVID-19 untuk pengunjung di dalam resort tempat gajah sumatera jinak. Dalam simulasi tersebut, pengunjung dan pawang gajah diwajibkan mengenakan masker saat berinteraksi dengan gajah jinak.
“Karena yang kami khawatirkankalau orang luar ke dalam kemudianmereka bawa penyakit. Kita yakinkan dulu jangan sampai lokasi kita ini jadi satu klaster penyebaran. Kalau sudah bisa akan kita buka kembali,” katanya.
Ia mengatakan Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan, Riau, telah menyurati Balai TN Teso Nilo untuk membolehkan objek wisata berbasis ekowisata untuk buka kembali. Meski begitu, ia mengatakan tidak mau terburu-buru karena selama ini pengunjung kawasan konservasi tersebut adalah turis minat khusus dari mancanegara.
“Kamimenargetkan (turis) dari luar, karenanya kamiharus siapkan protokol kesehatan,” katanya.
TN Teso Nilo memiliki luas 81.793 hektare (ha), dan Tulus menyebutnya sebagai kawasan konservasi di dataran rendah yang paling lengkap. Di TN Teso Nilo terdapat koleksi fauna sebanyak 360, dan 34 mamalia dan sebanyak18 di antaranya jenis yang dilindungi seperti harimau dan gajah sumatera.
Kawasan tersebut sudah dibagi dalam zona-zona yang ditetapkan sesuai fungsinya, antara lain zona inti, zona rimba, zona tradisional, zona pemanfaatan, serta zona religi dan budaya.
Untuk zona pemanfaatan luasnya 2.309 ha atau 2,83 persen dari total luasan, dan ini difungsikan untuk ekowisata. “Ekowisata ini berupa wisata alam, pendidikan konservasi, serta sebagai sarana pengembangan dan teknologi,” katanya.
TN Teso Nilo juga terdapat delapan ekor gajah binaan yang jadi bagian ekowisata. Selain itu, terdapat jalur treking, jalur bersepeda dan area kemping.
“Pengembangan ekowisata sekarang adalah healing forest, tidak semata lihat alam, lihat gajah, tapi sudah lebih dari itu bagaimana memanfaatkan dari alam menarik wisatawan,” katanya.
Baca juga: TNTN seluas 38.576 Ha harus terjaga dengan baik
Baca juga: Balai TNTN operasi bersihkan jerat di jalur perlintasan gajah, begini penjelasannya
Baca juga: Polda Riau gandeng kejaksaan tangani korporasi terlibat Karhutla
“Kamibelum akan buka kembali sebelum benar-benar protokol kesehatan disiapkan,” kata Kepala Balai TNTN, Halasan Tulus, dalam pernyataan pers di Pekanbaru, Senin.
Balai TNTN sempat melakukan simulasi penerapan protokol kesehatan COVID-19 untuk pengunjung di dalam resort tempat gajah sumatera jinak. Dalam simulasi tersebut, pengunjung dan pawang gajah diwajibkan mengenakan masker saat berinteraksi dengan gajah jinak.
“Karena yang kami khawatirkankalau orang luar ke dalam kemudianmereka bawa penyakit. Kita yakinkan dulu jangan sampai lokasi kita ini jadi satu klaster penyebaran. Kalau sudah bisa akan kita buka kembali,” katanya.
Ia mengatakan Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan, Riau, telah menyurati Balai TN Teso Nilo untuk membolehkan objek wisata berbasis ekowisata untuk buka kembali. Meski begitu, ia mengatakan tidak mau terburu-buru karena selama ini pengunjung kawasan konservasi tersebut adalah turis minat khusus dari mancanegara.
“Kamimenargetkan (turis) dari luar, karenanya kamiharus siapkan protokol kesehatan,” katanya.
TN Teso Nilo memiliki luas 81.793 hektare (ha), dan Tulus menyebutnya sebagai kawasan konservasi di dataran rendah yang paling lengkap. Di TN Teso Nilo terdapat koleksi fauna sebanyak 360, dan 34 mamalia dan sebanyak18 di antaranya jenis yang dilindungi seperti harimau dan gajah sumatera.
Kawasan tersebut sudah dibagi dalam zona-zona yang ditetapkan sesuai fungsinya, antara lain zona inti, zona rimba, zona tradisional, zona pemanfaatan, serta zona religi dan budaya.
Untuk zona pemanfaatan luasnya 2.309 ha atau 2,83 persen dari total luasan, dan ini difungsikan untuk ekowisata. “Ekowisata ini berupa wisata alam, pendidikan konservasi, serta sebagai sarana pengembangan dan teknologi,” katanya.
TN Teso Nilo juga terdapat delapan ekor gajah binaan yang jadi bagian ekowisata. Selain itu, terdapat jalur treking, jalur bersepeda dan area kemping.
“Pengembangan ekowisata sekarang adalah healing forest, tidak semata lihat alam, lihat gajah, tapi sudah lebih dari itu bagaimana memanfaatkan dari alam menarik wisatawan,” katanya.
Baca juga: TNTN seluas 38.576 Ha harus terjaga dengan baik
Baca juga: Balai TNTN operasi bersihkan jerat di jalur perlintasan gajah, begini penjelasannya
Baca juga: Polda Riau gandeng kejaksaan tangani korporasi terlibat Karhutla