Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Gelombang "Bono" di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau, menjadi daya tarik pariwisata baru yang mengundang makin banyak wisatawan asing mengunjungi daerah itu.
"Wisatawan asing mulai banyak berdatangan, padahal sebelumnya mereka tidak tahu apa itu Pelalawan," kata Kepala Dinas Pariwisata Pelalawan, Bachtiar Ismail, kepada ANTARA, Selasa.
Menurut Bachtiar, kedatangan wisatawan asing bermula sejak tahun 2010 ketika sebuah produsen olahraga selancar internasional mendokumentasikan Bono untuk keperluan pariwara. Promosi yang gencar itu mendapat respon dari wisatawan lain dari seluruh dunia.
"Pada awal bulan Oktober ini sudah ada tujuh wisatawan asing dari empat negara yang datang, dan mereka belum pernah sekalipun ke Pelalawan sebelumnya," ujar Bachtiar.
Gelombang Bono tepatnya berada di Kelurahan Teluk Meranti, daerah Semenanjung Kampar, berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Fenomena alam di Sungai Kampar itu terjadi karena pertemuan dua arus dari sungai dan arus laut dari muara, karena daerah itu langsung berhadapan dengan Selat Malaka.
"Puncak dari kedatangan wisatawan asing akan terjadi pada bulan November karena gelombang ombak Bono berada pada posisi paling tinggi yakni mencapai empat sampai enam meter," katanya.
Menurut dia, Dinas Pariwisata Pelalawan mendapatkan informasi akan ada 25 wisatawan dari Australia yang datang ke Teluk Meranti pada puncak gelombang Bono nantinya.
Ia mengatakan, para wisatawan itu umumnya adalah peselancar amatir hingga profesional yang menyukai olahraga ekstrim. Gelombang Bono, lanjutnya, mendapat julukan dari peselancar sebagai ombak di sungai yang terbaik karena bisa bertahan hingga dua jam.
"Peselancar bisa tetap berdiri di gelombang selama dua jam, sedangkan di Bali cuma lima menit," ujarnya.
Ia mengatakan, ombak di Semenjang Kampar itu bahkan mendapat julukan dari peselancar sebagai "the seven ghost" atau tujuh ombak panjang yang datang secara bersamaan dan bisa mematikan.
