Dinas Pariwisata garap Gelombang "Bono"

id dinas pariwisata, garap gelombang bono

Pekanbaru, (ANTARARIAU News) - Dinas Pariwisata Kabupaten Pelalawan menjalankan sejumlah strategi untuk menggarap potensi wisata gelombang "Bono" di Semenanjung Kampar, Riau.

"Kami memberikan pelatihan kepada warga seperti untuk mengoptimalkan potensi wisata 'Bono'," kata kata Kepala Dinas Pariwisata Pelalawan, Bachtiar Ismail di Pekanbaru, Kamis.

Gelombang "Bono" tepatnya berada di Kelurahan Teluk Meranti, daerah Semenanjung Kampar, yang berjarak sekitar 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Fenomena alam di Sungai Kampar itu terjadi karena pertemuan dua arus dari sungai dan arus laut dari muara, dan menjadi daya tarik bagi wisatawan asing khususnya para peselancar (surfer).

Bachtiar mengatakan, warga setempat mendapat penyuluhan berupa pelayanan jasa penginapan (homestay). Sebab, sarana akomodasi daerah tersebut sangat kurang karena hanya memiliki dua penginapan kelas melati.

"Penginapan yang ada sekarang masih kurang memadai karena itu jasa 'homestay' bisa dimanfaatkan oleh warga dan kami menilai warga sudah cukup siap," katanya.

Ia mengatakan, pariwisata gelombag "Bono" mulai banyak menarik wisatawan mancanegara. Puncak dari kedatangan wisatawan asing akan terjadi pada bulan November karena gelombang ombak berada pada posisi paling tinggi yakni mencapai empat sampai enam meter.

"Pada akhir bulan November dipastikan sedikitnya ada 25 orang wisatawan asing yang akan ke Teluk Meranti, dan ini perlu kita optimalkan agar bisa memberi nilai tambah bagi warga sehingga wisatawan betah dan mau datang lagi," katanya.

Selain itu, ia mengatakan, pemerintah juga berupaya memberi pelatihan pembuatan cinderamata dan pagelaran kesenian asli daerah.

Potensi wisata "Bono" bermula sejak tahun 2010 ketika sebuah produsen olahraga selancar internasional mendokumentasikan "Bono" untuk keperluan pariwara. Promosi yang gencar itu mendapat respon dari wisatawan asing penggemar olahraga ekstrim.

Bahkan, ombak "Bono" mendapat julukan dari peselancar sebagai "the seven ghost" atau tujuh ombak panjang yang datang secara bersamaan dan bisa mematikan.

Pewarta :
Editor: Febrianto Budi Anggoro
COPYRIGHT © ANTARA 2011

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.