Dumai, 1/8 (ANTARA) - Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Dumai, Provinsi Riau, mengimbau umat Islam untuk mewaspadai dehidrasi dan radang pencernaan saat menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadhan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Dumai, H Marjoko Santoso, kepada ANTARA di Dumai, Ahad, mengatakan, untuk menghindari dehidrasi pada tubuh, sebaiknya masyarakat memperbanyak konsumsi air mineral di saat jam sahur dan berbuka puasa.
Air putih yang mengandung mineral menurut Marjoko merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia sehingga hampir semua reaksi dalam tubuh memerlukan cairan.
"Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan air yang seimbang setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang pada saat beraktivitas terutama pada musim kemarau yang kabarnya masih akan berlanjut sampai Lebaran nanti," ujarnya.
Sebaiknya juga, kata Marjoko, masyarakat mengenali gejala penyakit yang disebabkan kurangnya cairan pada tubuh. Kemudian, jika dehidrasi tak terelakkan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke pusat-pusat kesehatan masyarakat yang ada di tiap kecamatan.
Tingkatan
Dikatakannya, dehidrasi memiliki tiga tingkatan yang berbeda, di antaranya yakni dehidrasi ringan, sedang, dan dehidrasi berat.
Ciri-ciri dehidrasi ringan, menurut Marjoko, yakni muka memerah, permukaan kulit terasa kering dan pecah-pecah, pusing dan lemah, keram pada otot terutama pada kaki dan tangan, kelenjar air mata berkurang kelembabannya, volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya, sering mengantuk dan mulut serta lidah kering akibat air liur berkurang.
Selanjutnya, untuk dehidrasi sedang, tanda-tandanya mengalami tekanan darah menurun yang bisa menyebabkan seseorang pingsan, kontraksi kuat pada otot, terasa kembung pada lambung dan terjadi percepatan pada detak atau denyut nadi.
Sementara untuk dehidrasi berat, kata Marjoko, biasanya penderita mengalami suhu abnormal pada tubuh, ujung kuku terlihat membiru dan tingkat kesadaran serta daya fikir melemah.
"Namun, sebaiknya apabila menemukan gejala awal dehidrasi pada titik dehidrasi ringan, segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan, karena pada tingkatan sedang dan berat biasanya penderita tidak lagi bisa menjalankan ibadah puasa mengingat kebutuhan air dalam tubuh harus segera diimbangi," katanya.
Pencernaan
Selain dehidrasi akibat bulan puasa yang masih "dikurung" kemarau, potensi kemunculan penyakit lainnya seperti radang atau gangguan pencernaan, juga sangat dimungkinkan.
Menurut Marjoko, pada gejala radang pencernaan yang menimbulkan terganggunya "saluran tinja" biasanya ditandai dengan perut yang terasa panas sesudah makan, kemudian muncul bercak darah ketika buang air besar.
Selain itu, usus akan terasa perih karena terjadi peradangan dan biasanya disertai gejala diare, muntah dan menurunnya berat badan.
Untuk mengatasinya, dibutuhkan banyak serat penetralisasi bakteri-bakteri yang hinggap dalam tubuh.
"Namun, sebaiknya mencegah dari pada mengobati, karena jika terjangkit akan sangat mengganggu kelancaran ibadah puasa," ujarnya.
Cara mencegahnya, kata Marjoko, yakni selektif dalam memilih makanan siap saji, terutama yang dipasarkan di sejumlah pasar kaget Ramadhan.
"Hindari makanan yang menggunakan bahan berbahaya, seperti zat pewarna, pengawet dan lainnya. Selain itu, jika ingin memasak, sebaiknya juga mencuci dengan bersih sayuran dan bahan masakan, hal ini penting untuk menghindari kemungkinan adanya bakteri penyebab radang pencernaan," kata Kadinkes.
Saat berbuka puasa, ujar Marjoko, sebaiknya masyarakat juga jangan memulai dengan mengonsumsi makanan yang berat-berat seperti nasi, roti, gorengan dan lainnya.
"Awalilah dengan minum air mineral dan santapan ringan seperti kolak, bubur dan lainnya. Setelah itu beristirahat sebentar untuk kemudian Shalat Magrib. Selepas itu baru melanjutkan dengan makan, namun jangan berlebihan," demikian Marjoko.