Tuna daksa penerima kursi roda kontrol "joystick" PCR ingin jadi guru Madrasah

id Pcr,tuna daksa,kursi roda joystick,berita riau antara,berita riau terbaru

Tuna daksa penerima kursi roda kontrol "joystick" PCR ingin jadi guru Madrasah

Kursi roda kontrol "joystick" ciptaan D3 Teknik Elektronika Politeknil Caltex Riau (PCR), menjadi alat bantu yang lebih luwes bagi Diva Riswanti siswi  kelas 2 SMP, SLB Negeri Pembina Pekanbaru, Kamis (12/3). (ANTARA/Vera Lusiana) (ANTARA/Vera Luciana)

 Pekanbaru (ANTARA) - Hanya dalam hitungan menit Diva Riswanti seorang tuna daksa di Kota Pekanbaru, sudah mahir menggunakan kursi roda kontrol "joystick" buatan D3 Teknik Elektronika Politeknil Caltex Riau (PCR).

Gerakan maju, mundur, kiri, kanan, serong kanan, serong kiri, depan kiri, kursi roda yang diciptakan khusus oleh tim mahasiswa PCR itu, menjadi alat bantu yang lebih luwes bagi siswi kelas 2 SMP, SLB Negeri Pembina Pekanbaru tersebut.

"Aku seneng, makainya enak dan mudah," kata Diva Riswanti kelahiran 20 maret 2005 saat dijumpai antara di sekolahnya di Pekanbaru, Kamis.

Walau miliki keterbatasan fisik Diva mampu meraih peringkat di kelas, kepintarannya mengaji sudah mengantarkan dia qatam quran. Penyuka mata pelajaran IPA itu bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Dia tidak pernah menyerah dengan keterbatasannya, walau harus digendong saat hendak berpindah tempat.

Diva tidak pernah kepikiran akan mendapatkan bantuan alat kursi roda kontrol "joystick" dari PCR. Berkali-kali ia tertawa lebar saat diajak bincang tentang artis idolanya. Layaknya remaja yang bertumbuh ia kelihatan tumbuh normal dengan memiliki idola.

"Saya mengidolakan Devano anak aktris Is Dahlia," kata penyuka mie goreng itu.

Guru kelas Diva mengakui, selama tujuh tahun sudah membantu menggendong Diva dalam setiap aktifitas atau perlombaan ke luar sekolah. Belakangan ia agak kesulitan karena Diva mulai risih kalau digendong.

"Seiring umurnya bertambah beranjak remaja, Diva mulai merasa minder dan malu kalau digendong terus saat hendak bergeser dari satu tempat ke tempat lain," kata Guru kelas Tuna Daksa Nurmailis.

Nurmailis mengatakan dengan adanya bantuan kursi roda kontrol "joystick" dari PCR, sangat membantu meringankan tugasnya. Selain itu Diva juga jadi lebih percaya diri bergerak tanpa harus dibantu atau di dorong.

Ia juga tidak lupa mengucapkan terimakasih buat PCR yang sudah memberikan alat bantu kursi roda kontrol "joystick" yang dibuat khusus bagi tuna daksa.

Dia mengatakan saat ini ada dua anak tuna daksa yang kondisinya butuh kursi roda kontrol "joystick", Diva dan Thoriq Alfaris kelas 3 SMA, dengan keterbatasan kaki dan tangan.

Selama ini mereka hanya pakai kursi roda manual yang pergerakannya dibantu orang lain. Sementara bantuan yang menggunakan alat kontrol "joystick" baru satu yang baru disumbangkan PCR.

"Semoga ada tambahan bantuan satu lagi untuk Thoriq Alfaris," katanya.

Sementara itu Ketua Tim Penelitian D3 Teknik Elektronika Politeknik Caltex Riau, sekaligus Kepala program studi, Putri Madona mengatakan kursi roda kontrol "joystick" adalah hasil karya dosen dan mahasiswa PCR.

Katanya penciptaan ini awalnya hibah penelitian riset Dikti, yang korsi rodanya pakai sinyal kontrol otak, namun karena susah cari objek penelitiannya kemudian PCR mengembangkan kursi roda otot, suara dan kali ini kontrol "joystick".

Setelah diuji cobakan dengan mitra SLB Negeri Pembina Pekanbaru ternyata yang paling cocok dan mudah digunakan kursi roda kontrol "joystick".

"Alhamdulilah PCR bisa buat satu untuk uji coba dan dipakai di SLB Negeri Pembina, dan disumbangkan denyan harapan berguna, dan kedepan tetap dalam pantauan kami," katanya.

Ia mengatakan kalau ada donatur yang mau membantu PCR siap untuk membuat unit lainnya. Biaya yang diperlukan Rp10 juta per unit.

Kalau kursi ini dipakai normal tidak ada masalah hanya butuh pengisian batre.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, SLB Negeri Pembina Pekanbaru, Yatmiati mengatakan saat ini ada 366 siswa yang belajar mulai dari jenjang SD, SMP dan SMA.

Katanya SLB itu satu-satunya milik pemerintah di Pekanbaru, tiap tahun sekolah itu mendapat bantuan satu kursi roda dari Dinas Sosial hingga totalnya ada empat.

"Yang dibutuhkan di SLB kami kini adalah tongkat dan reglet alat tulis untuk anak tuna netara. Kami hanya punya tiga tongkat sementara jumlah anak ada delapan," tukasnya.

Baca juga: Bulan, Anak Difabel yang Diberi Kursi Roda oleh Presiden Berkesempatan Bertemu Langsung

Baca juga: Mahasiswa PCR Riau Kembangkan Kursi Roda Berkendali Pikiran

Baca juga: Jumat Barokah Polresta Pekanbaru Bantu Ibuk yang Berjualan dengan Kursi Roda