Mahasiswa PCR Riau Kembangkan Kursi Roda Berkendali Pikiran

id mahasiswa pcr, riau kembangkan, kursi roda, berkendali pikiran

Mahasiswa PCR Riau Kembangkan Kursi Roda Berkendali Pikiran

Pekanbaru (Antarariau.com) - Mahasiswa Politeknik Caltex Riau (PCR) bernama Muhamad Nurul Fikri berhasil mengembangkan kursi roda yang memungkinkan si pengguna menggerakannya dengan sinyal otak atau pikirannya.

Kursi roda berkendali pikiran itu menjadi pusat perhatian pada Kontes Proyek Akhir di PCR, Kota Pekanbaru, Jumat. Ini jadi tugas akhir saya, yaitu implementasi sensor neurosky untuk kontrol lima arah pergerakan, kata Fikri.

Mahasiswa jurusan teknik industri itu mengatakan selama enam bulan mengembangkan kursi roda itu. Tujuannya untuk teman-teman yang disabilitas, khususnya yang lumpuh total, katanya.

Lelaki 22 tahun itu menjelaskan sensor neurosky adalah piranti sensor untuk menangkap sinyal otak pada satu titik di area kening manusia. Menurut dia, ketika manusia dalam kondisi konsentrasi dan meditasi, bisa menghasilkan gelombang alpha yang amplitudonya bisa digunakan untuk menggerakan kursi roda.

Gelombang alpha ketika konsentrasi digunakan untuk pergerakan maju, sedangkan ketika kondisi meditasi yang menghasilkan sinyal stabil, digunakan untuk bergerak mundur. Kemudian, untuk gerakan belok, ia menggunakan gerakan otot sekitar mata, sehingga ketika berkedip tiga kali membuat kursi roda berbelok ke kanan.

Piranto sensor neurosky itu berbentuk tipis seperti bando yang diletakan di kepala, terdiri dari filter dan penguat sinyal. Sinyal otak kemudian ditangkap oleh sensor, kemudian dikirim datanya ke alat bernama dongle via bluetooth ke laptop untuk diolah lebih lanjut.

Data yang dihasilkan kemudian dikirim ke controler yang diletakan di belakang kursi roda yang berfungsi sebagai motor penggerak roda.

Alat ini masih terus dikembangkan untuk mendapatkan interface yang lebih baik dengan mini PC (personal computer), katanya.

Untuk bisa mengendarainya, Fikri mengatakan untuk awalnya butuh pelatihan untuk bisa fokus karena setiap orang punya sinyal otak yang berbeda-beda.

Kecepatan maksimalnya hanya lima kilometer per jam, karena bukan kecepatan ya, karena ini didesain untuk orang disabilitas, katanya.

Ia mengatakan ini adalah pertama kalinya mahasiswa PCR mengembangkan kursi roda yang digerakan dengan pikiran. Namun, untuk di Indonesia, kursi roda seperti itu sudah dikembangkan juga oleh peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Ada seperti ini di LIPI, tapi gunakan banyak sensor. Sensor otak yang banyak titik seperti tabung, bagi disabilitas jadi malu pakainya. Kalau neurosky lebih simpel jadi lebih pede (percaya diri), katanya.

***4***

(T.F012)