Pekanbaru (ANTARA) - Bripka Ralon Manurung, seorang polisi di Kota Pekanbaru, mendapatkan dua penghargaan pada peringatan Hari Guru karena jasanya membantu membangun sekolah marjinal di pelosok Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Penghargaan pertama untuk Ralon diberikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Riau Irjen Pol Agung Setia Imam Efendi di Markas Kepolisian Daerah Riau di Pekanbaru, Senin.
Tindakan mulia Ralon dinilai bukan hanya berguna bagi masyarakat, melainkan juga berdampak positif pada citra kepolisian.
"Jadilah contoh yang baik. Semoga ini bisa ditiru oleh yang lainnya," kata Agung kepada Ralon.
Satu penghargaan lainnya diberikan oleh Gubernur Riau Syamsuar pada peringatan Hari Guru di halaman kantor Gubernur Riau pada Senin.
Gubernur memberikan hadiah berupa uang tunai dan piagam kepada Ralonsebagai penghargaan atasdukungannya dalam memajukan pendidikan Riau.
Syamsuar menyempatkan diri mendengarkan kisah Ralonmembantu sekolah di Desa Batu Sasak, Kecamatan KamparKiri Hulu, Kabupaten Kampar.
Orang nomor satu di Riau itu terharu saat mengetahui Ralon rela menggunakan uang pribadi dan bahkan sampai menjual perhiasan milik isterinya untuk membantu pembangunan sekolah marjinal.
"Saya sampai terharu karena bahagia, dan saya salut karena tidak banyak orang seperti dia," kata Syamsuar.
Tak Sangka
Bripka Ralon Manurungtidak menyangka akan mendapat dua penghargaan sekaligus pada peringatan Hari Guru.
"Saya tidak menyangka sama sekali karena ikhlas membantu. Apalagi ini sudah dua tahun yang lalu," katanya.
Kisah Ralon yang membantu sekolah marjinal terungkap ke publik karena pemberitaan media pada akhir Oktober 2019.
Ralon, personelDirektorat Lalu Lintas Polda Riau, menjelaskan bahwa bangunan sekolah jauh dari SDN 010 di Desa Batu Sasak semulaterbuat dari kayu yang sudah lapuk dimakan usia.
"Dari Pekanbaru menuju sekolah itu butuh waktu 12 jam karena jalannya tanah, kalau hujan susah sekali ditembusnya," kata Ralon.
Ralontergerak untuk membantu memperbaiki bangunan sekolah karena terenyuh mendengar perjuangan warga untuk mempertahankan sekolah yang menjadi tempat belajar anak-anak Dusun Sialang Harapan tersebut.
Selain itu, kebetulan salah satu warga yang memperjuangkan perbaikan sekolah marjinal itu adalah kawan dari isterinya.
"Awalnya saya tidak percaya, tapi setelah melihat langsung saya tidak tega dan timbul niat untuk membantu," ujarnya.
Baca juga: Kapolda Riau : Jangan sebut sekolah marjinal, tapi sekolah harapan
Ralon bertekad membantu membangun sekolah marjinal di Dusun Sialang Harapan tersebut, yang setelah dihitung-hitung membutuhkan biaya sekitar Rp12 juta.
"Uang itu awalnya saya kumpulkan untuk renovasi rumah, dan digunakan untuk membangun sekolah," katanya.
Namun biaya pembangunan sekolah kemudian membengkak menjadi Rp14,5 juta, antara lain karena ongkos transportasi bahan bangunan menuju lokasi sekolah cukup besar.
"Akhirnya saya jual perhiasan isteri, dapat sekitar Rp2,5 juta untuk menutup kekurangan dana itu," katanya.
Sekarang bangunan sekolah marjinal di Dusun Sialang Harapan sudah layak, mencakupdua ruang kelas, satu ruang guru, dan perpustakaan. Bantuan dari berbagai pihak pun kemudian mengalir ke sana.
"Termasuk bantuan dari Kapolda Riau yang langsung datang ke sekolah dan sempat mengajar di sana," demikianBripka RalonManurung.
Baca juga: SD Plus, Upaya Suku Talang Mamak untuk "Merdeka" dari Buta Aksara