Pekanbaru (ANTARA) - Kepala Balai POM Pekanbaru, Mohammad Kashuri, sudah mulai melakukan prosedur penarikan dan pengawalan terhadap peredaran obat ranitidin yang disinyalir dapat memicu kanker apabila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
"Sejak press release yang pertama, di Provinsi Riau sudah mulai melakukan pengawalan berupa menginformasikan kepada petugas medis agar tidak lagi menggunakan ranitidin karna efek sampingnya berbahaya" kata Kepala Balai POM Pekanbaru, Mohammad Kashuri, di Pekanbaru, Rabu.
Menurut Mohammad Kashuri, masih banyak obat obatan lain yang bisa mengatasi tukak lambung dan tukak usus sehingga penarikan ini tidak perlu meresahkan masyarakat dan petugas medis tetap bisa melanjutkan pengobatan tanpa ranitidin.
Industri obat obatan, katanya, juga sudah diminta untuk berhenti memproduksi ranitidin dan diberi tenggat waktu 80 hari untuk melakukan penarikan terhadap obat obatan yang sudah terlanjur tersebar.
"Industri juga diminta untuk menarik ranitidin sebagai tanggung jawab mereka di dalam mengawal keamanan masyarakat dan sudah ada dua farmasi yang menjual ranitidin ditarik oleh produsennya" katanya.
Ranitidin memiliki kandungan N-nitrosodimethylamine (NDMA) yang diketahui dapat memicu kanker hati, lidah, esofagus (kerongkongan), paru, pankreas, ginjal, dan kandung kemih.
Ini juga dibuktikan oleh uji labroraturium US Food and Drug Administration (US FDA) dan European Medicine Agency (EMA) yang menyebutkan bahwa NDMA merupakan turunan dari zat nitrosamin yang bisa memicu kanker.
"N-nitrosodimethylamine (NDMA) ini turunan nitrosamin, NDMA ini sebenarnya secara alami sudah terbentuk di dalam bahan baku ranitidin. Jumlah kandungan ini melampaui batas ambang. dulu sebelum ada pengumuman ini tentu belum melampaui, jadi aman digunakan. Nah setelah dilakukan penelitian lagi, jumlahnya sudah di atas batas ambang, maka dari itu kita lakukan penarikan" kata Mohammed Kashuri.
Ia mengatakan penarikan ini bukan semata-mata tanpa pengawasan, namun juga sudah dilakukan survey oleh Balai POM pekanbaru ke farmasi dan distributor ranitidin, ini untuk memastikan penyebaran dan produksi ranitin berhenti.
Sementara itu ia juga menghimbau masyarakat agar tidak khawatir dengan penarikan ranitidin dan apabila masih ada masyarakat yang mengkonsumsi untuk segera berhenti dan konsultasikan ke dokter kira kira obat sejenis apa yang bisa mengatasi keluhan seperti tukak lambung dan usus.
Berita Lainnya
Kementerian ESDM setuju total tonase produksi batubara 2024 capai 922 juta ton
19 March 2024 15:46 WIB
Hati-hati untuk memanfaatkan layanan prosedur kecantikan berdiskon
19 March 2024 15:42 WIB
Delegasi Rusia kunjungi Korut di tengah hubungan kedua negara yang semakin erat
19 March 2024 15:33 WIB
Kakanwil Kemenkumham Riau buka workshop di Inhu, ini temanya
19 March 2024 15:16 WIB
Menkominfo telah menurunkan 1.971 berita hoaks di media sosial tentang pemilu
19 March 2024 14:58 WIB
ITS luncurkan purwarupa PLTS struktur apung laut pertama di Indonesia
19 March 2024 14:34 WIB
Desa di Kaltim bertransformasi bangun ketahanan pangan secara berkelanjutan
19 March 2024 14:13 WIB
Pakar: Masyarakat diingatkan tak berbuka puasa dengan merokok
19 March 2024 13:56 WIB