Pekanbaru, 3/1 (ANTARA) - Permintaan madu hutan Sialang asal Riau di Malaysia terus meningkat pada awal tahun 2011 dan makin menguntungkan petani lokal.
Juru Bicara WWF Riau Syamsidar di Pekanbaru, Senin, mengatakan sebuah perusahaan madu dari Malaysia meningkatkan permintaan madu Sialang dari satu ton per dua bulan menjadi tiga ton tiap bulannya mulai awal tahun ini.
"Kami mendapat informasi bahwa madu Sialang Riau sangat laku di pasar Malaysia," katanya.
Sejak tahun 2009, WWF Riau membantu petani madu membentuk Asosiasi Petani Madu Hutan Tesso Nilo (APMHTN) untuk mengembangkan potensi hutan nonkayu di sekitar kawasan taman nasional.
Para petani mendapat pendampingan untuk memanen madu secara higienis dengan menerapkan sistem kontrol yang ketat agar produk yang dihasilkan bernilai jual tinggi.
Sebuah perusahaan distributor madu dari Malaysia, The Lord Heritage (TLH) Product Industries, akhirnya tertarik untuk mulai memesan madu dari petani sejak Juni 2010 dengan harga Rp37 juta per ton.
Harga tersebut lebih tinggi dari harga jual lokal sebelum penerapan metode ramah lingkungan yang hanya berkisar Rp18.000-Rp27.000 per kilogram.
Dengan meningkatnya permintaan, Syamsidar mengatakan asosiasi petani juga sedang menegosiasi ulang harga madu sialang menjadi Rp45 juta per ton. Diharapkan keuntungan yang didapatkan petani juga makin meningkat.
"Kemungkinan besar distributor Malaysia tersebut menyetujui negosiasasi ulang harga ini dengan syarat asosiasi bisa memastikan kesinambungan pasokan madu ke negeri jiran," katanya.
Managing Director TLH Product Industries, Zulkurnain, saat ditemui di Pekanbaru sempat mengatakan, madu sialang asal Riau sangat diminati konsumen Malaysia.
"Awalnya memang pasar belum begitu merespon madu sialang asal Riau. Namun setelah pengiriman ketiga, satu ton madu sialang asal Riau habis di pasar Malaysia dalam waktu tidak sampai satu bulan," katanya.
Ia mengatakan menjual madu sialang Riau di Malaysia seharga 90 Ringgit Malaysia atau sekitar Rp270 ribu per kilogram.
Harga jual tersebut, lanjutnya, paling tinggi di Malaysia karena madu sialang Riau memang berkualitas lebih bagus dibandingkan produk serupa dari negara lainnya di Asia Tenggara.
Berdasarkan data WWF Riau, potensi madu Sialang yang sudah berhasil dihitung di sekitar kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) mencapai sekitar 19,2 ton per tahun atau 1,6 ton per bulan.
Sedangkan, jumlah pohon Sialang yang menjadi tempat bersarangnya lebah hutan mencapai 266 pohon yang tersebar di enam blok yang berbeda.