Pekanbaru (ANTARA) - Sejumlah pedagang di Pasar Pagi Arengka, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau mengeluhkan penurunan omset sebesar 30 persen akibat kabut asap yang beberapa bulan terakhir melanda daerah tersebut.
"Penurunan omset sebesar 30 persen ini dipicu konsumen yang enggan berbelanja ke pasar dan cenderung berdiam diri di rumah, khawatir terpapar asap hingga dijangkiti penyakit," kata Rian (28), salah seorang pedagang cabai di Pasar Pagi Arengka, Pekanbaru, Rabu.
Baca juga: 1.000 pedagang pasar Pekanbaru mendapat bantuan GN Lingkaran
Rian menuturkan, para konsumen saat ini lebih senang membeli stok bahan pangan dalam jumlah yang cukup banyak sehingga mereka tidak perlu berpergian keluar rumah berulang kali.
Langkah ini dilakukan warga, kata Rian menyebutkan, untuk mengantisipasi kekhawatiran terpapar kabut asap yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pernafasan seperti ISPA, asma, iritasi kulit, mata serta memicu serangan jantung.
"Ya masyarakat takut terjangkit penyakit jadi berimbas juga kepada sepinya pembeli di pasar-pasar dan kemungkinan mereka juga lebih mau berbelanja di waruang-warung dekat rumah mereka," kata Rian.
Seorang penjual sayur-sayuran, Elly (40) juga mengeluhkan hal yang sama. Sejak kabut asap, ia mengaku dagangannya sepi pembeli. Ia mengatakan bahwa biasanya menjelang siang dagangannya sudah habis terjual, namun sejak kabut asap, ia harus berjualan sedikit lebih lama daripada biasanya.
"Biasanya jam 10.00 WIB sayur-sayur udah pada habis. Sekarang udah siang pun masih banyak yang belum laku. Saya maklum soalnya kan asap, orang gak mau keluar rumah," kata Elly.
Sementara itu Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, mencatat sejak tiga minggu terakhir, terhitung sudah lebih dari 2.000 pasien yang terjangkit ISPA, asma, iritasi kulit, iritasi mata, di Pekanbaru. Jumlah ini terus meningkat setiap minggunya.
Selain itu terra qua mencatat titik api di Riau sebanyak 257, jumlah ini masih terus meningkat dari dua hari sebelumnya.
Pekan kedua September 2019, Riau memasuki fase terburuk kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kualitas udara di Kota Pekanbaru pada Selasa (10/9), seolah mengulang memori kelam yang pernah melanda wilayah itu pada 2014-2015 silam.
Sementara itu berdasarkan catatan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berada pada level sangat tidak sehat, dan ini sangat membahayakan kesehatan.Pedagang keluhkan omset menurun 30 persen akibat asap.
Sejumlah pedagang di Pasar Pagi Arengka, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau mengeluhkan penurunan omset sebesar 30 persen akibat kabut asap yang beberapa bulan terakhir melanda daerah tersebut.
"Penurunan omset sebesar 30 persen ini karena konsumen enggan berbelanja ke pasar dan cenderung berdiam diri di rumah, khawatir terpapar asap hingga dijangkiti penyakit," kata Rian (28), salah seorang pedagang cabai di Pasar Pagi Arengka, Pekanbaru, Rabu.
Rian menuturkan, para konsumen saat ini lebih senang membeli stok bahan pangan dalam jumlah yang cukup banyak sehingga mereka tidak perlu berpergian keluar rumah berulang kali.
Langkah ini dilakukan warga, kata Rian menyebutkan, untuk mengantisipasi kekhawatiran terpapar kabut asap yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit pernafasan seperti ISPA, asma, iritasi kulit, mata serta memicu serangan jantung.
"Ya masyarakat takut terjangkit penyakit jadi berimbas juga kepada sepinya pembeli di pasar-pasar dan kemungkinan mereka juga lebih senang berbelanja di warung-warung dekat rumah mereka," kata Rian.
Seorang penjual sayur-sayuran, Elly (40) juga mengeluhkan hal yang sama. Sejak kabut asap, ia mengaku dagangannya sepi pembeli. Ia mengatakan bahwa biasanya menjelang siang dagangannya sudah habis terjual, namun sejak kabut asap, ia harus berjualan sedikit lebih lama daripada biasanya.
"Biasanya jam 10 sayur-sayur udah pada habis. Sekarang udah siang pun masih banyak yang belum laku. Saya maklum soalnya kan asap, orang nggak mau keluar rumah," kata Elly.
Sementara itu Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, mencatat sejak tiga minggu terakhir, terhitung sudah lebih dari 2.000 pasien yang terjangkit ISPA, asma, iritasi kulit, iritasi mata, di Pekanbaru. Jumlah ini terus meningkat setiap minggunya. Selain itu terra qua mencatat titik api di Riau sebanyak 257, jumlah ini masih terus meningkat dari dua hari sebelumnya.
Pekan kedua September 2019, Riau memasuki fase terburuk kabut asap dampak dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Kualitas udara di Kota Pekanbaru pada Selasa (10/9), seolah mengulang memori kelam yang pernah melanda wilayah itu pada 2014-2015 silam.
Sementara itu berdasarkan catatan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, berada pada level sangat tidak sehat, dan ini sangat membahayakan kesehatan.
Baca juga: Gawat, kabut asap makin pekat mulai berdampak ke bisnis hotel di Pekanbaru
Baca juga: DPRD Riau minta proyek IPALD Pekanbaru jangan rugikan masyarakat
Baca juga: Gubernur Riau tugas ke Thailand saat asap Karhutla kian pekat. Kok bisa?
Berita Lainnya
Mensos-Menko Pemberdayaan Masyarakat percepat nol kemiskinan ekstrem di Indonesia
18 December 2024 17:19 WIB
Kemenag berhasil raih anugerah keterbukaan informasi publik
18 December 2024 17:00 WIB
Dokter menekankan pentingnya untuk mewaspadai sakit kepala hebat
18 December 2024 16:37 WIB
Indonesia Masters 2025 jadi panggung turnamen terakhir The Daddies
18 December 2024 16:28 WIB
Menko Pangan: Eselon I Kemenko Pangan harus fokus pada percepatan swasembada pangan
18 December 2024 16:13 WIB
ASEAN, GCC berupaya perkuat hubungan kerja sama kedua kawasan
18 December 2024 15:57 WIB
Pramono Anung terbuka bagi parpol KIM Plus gabung tim transisi pemerintahan
18 December 2024 15:51 WIB
Pertamina berencana akan olah minyak goreng bekas jadi bahan bakar pesawat
18 December 2024 15:12 WIB