Pekanbaru (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan atau neraca ekspor impor Provinsi Riau pada Maret 2019 mengalami surplus sebesar 869,55 juta dolar AS.
“Hal ini dipicu oleh surplus pada sektor nonmigas sebesar 822,89 juta dolar dan sektor migas sebesar 46,66 juta dolar,” kata Kepala BPS Riau Aden Gultom di Pekanbaru, Selasa.
Dari sisi volume perdagangan, pada Maret 2019 neraca perdagangan Provinsi Riau mengalami surplus sebesar 1,512 juta ton, yang didorong oleh surplus neraca volume perdagangan sektor nonmigas sebesar 1,399 juta ton dan sektor migas sebesar 113,14 ribu ton.
Neraca perdagangan Provinsi Riau Januari-Maret 2019 mengalami surplus sebesar 2,53 miliar dolar AS, yang dipicu oleh surplus sektor non migas sebesar 2,40 miliar dolar AS dan sektor migas 135,57 juta dolar AS.
Dari sisi volume perdagangan, periode Januari-Maret 2019 mengalami surplus sebesar 4,544 juta ton, didorong oleh surplusnya neraca volume perdagangan sektor non migas sebesar 4,235 juta ton dan sektor migas sebesar 308,84 ribu ton.
Baca juga: Ekonomi Riau triwulan I-2019 terkontraksi -2,86 persen. Begini penjelasannya
Menurut dia, secara kumulatif nilai ekspor Riau Januari-Maret 2019 sebesar 2,88 miliar dolar AS atau mengalami penurunan sebesar 28,60 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh turunnya ekspor migas dan non migas masing-masing sebesar 74,22 persen dan 19,94 persen
Penurunan ekspor migas disebabkan oleh turunnya ekspor minyak mentah sebesar 82,65 persen dan ekspor industri pengolahan hasil minyak sebesar 14,06 persen.
Demikian juga ekspor non migas sebesar 2,72 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 19,94 persen.
Secara kumulatif nilai impor Riau Januari-Maret 2019 juga menurun 12,76 persen karena mencapai 350,62 juta dolar AS, dibanding periode yang sama tahun 2018. Demikian juga impor non migas mencapai 320,18 juta atau menurun 10,92 persen.
Sebelumnya, Bank Indonesia memprediksi masa peralihan dalam pengelolaan Blok Rokan di Provinsi Riau dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero) bakal membayangi pertumbuhan sektor minyak dan gas di daerah itu setidaknya dalam tiga tahun ke depan.
Dalam kajian ekonomi dan keuangan regional Bank Indonesia (BI) Provinsi Riau, analisa bank sentra tersebut menyebutkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian minyak dan gas (migas) masih cenderung melanjutkan tren kontraktif pada 2019. Lifting minyak bumi Riau dalam lima tahun terkahir turun 5 sampai 10 persen per tahun, sejalan dengan banyaknya sumur yang tua.
“Telah ditetapkannya PT Pertamina menjadii kontraktor kontrak kerja sama Blok Rokan pada 2021 menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia semakin mempertegas bahwa pengembangan enhance oil recovery secara skala penuh tidak akan begitu signifikan setidaknya hingga 2012,” kata Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Riau, Iwan Mulawarman.
Baca juga: Ekonomi Riau 2018 Melambat hanya Tumbuh 2,34 Persen, ini penyebabnya
Baca juga: Ekonomi Riau 2019 diprediksi tumbuh 2,70 persen. Begini penjelasan BI