Pekanbaru, (ANTARA) - Badan Pusat Statistik Provinsi Riau mencatat inflasi bulanan daerah setempat pada September 2025 menjadi yang tertinggi secara nasional yakni sebesar 1,11 persen berdasarkan perkembangan indeks harga konsumen dari Agustus.
Kepala BPS Riau, Asep Riyadi saat rilis resmi di Pekanbaru, Rabu mengatakan secara nasional dari 38 provinsi sebanyak 24 mengalami inflasi dan 14 terjadi deflasi. Di Pulau Sumatera tertinggi terjadi di Provinsi Riau dan terendah di Lampung.
Secara nasional ternyata Riau menjadi inflasi tertinggi secara bulanan (month to month). Inflasi nasional 0,21 persen, sedangkan inflasi Riau 1,11 persen, sedangkan deflasi terdalam terjadi di Papua Selatan, -1,08 persen," katanya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa berdasarkan kelompok pengeluaran diketahui kelompok makanan dan minuman mengalami inflasi tertinggi yakni 3,01 persen. Kemudian perawatan pribadi dan jasa lainnya 1,33 persen dan pendidikan 0,05 persen.
Berdasarkan komoditas penyebab inflasi
yakni kenaikan harga cabai merah yang sangat luar biasa memberikan andil 1,11 persen. Selanjutnya harga emas perhiasan yang konsisten terus meningkat 0,10 persen dan lainnya ayam hidup, daging ayam bras, dan jeruk.
"Harga cabai merah naik dipengaruhi kondisi cuaca tidak menentu sehingga banyak petani mengalami gagal panen. Emas juga konsisten naik semakin tinggi karena pengaruh global," ungkapnya
Sementara untuk inflasi tahunan (year on year) dari 38 provinsi yang mengalami inflasi 37 provinsi dan satu deflasi di Maluku Utara. Secara nasional urutannya yang paling tinggi Sumatera Utara dan kedua Riau sebesar 5,08 persen.
"Inflasi tahunan menjadi peringatan karena sudah sangat tinggi, dibanding target pemerintah yakni plus minus 2,5 persen. Yang signifikan kelompok makanan minuman dan tembakau yang inflasi 10,79 persen dengan andil 3,42 persen," sebutnya.
Komoditas utama penyebab inflasi tahunan juga cabai merah dan emas perhiasan diikuti bawang merah, daging, ayam beras, dan ayam hidup. Diketahui memang harga cabai merah di Pekanbaru bahkan sempat mencapai Rp100 ribu per kilogram akhir-akhir ini.